Siklus percintaan daring, hingga patah hati yang bikin pusing.
Searching, stalking, chatting, sampai heart breaking yang bikin pusing adalah siklus baru (gak baru-baru amat sih) percintaan yang terjadi di era milenial.Â
Dari aku, kamu dan kita semua pasti sebagian besar pernah mengalami siklus ini, dari yang cuma iseng hingga yang beneran cari jodoh secara daring pasti pernah melalui siklus ini.
Proses Searching
Dari penasaran berubah jadi pencarian, seseorang yang logikanya tengah ditabrak oleh cinta akan berusaha hingga sisa kuota terakhir dihabiskan.Â
Berbekal nama, medsos dan jemari yang aduhai lihai maka di kolom pencarian semuanya dimulai.
Proses Stalking
Melalui nama dan pencarian yang terbilang singkat yang dicari akhirnya didapat. Dan di sini kita telah menjadi stalker atau penguntit akun, dimulai dengan membaca bio akun orang tersebut lalu beranjak menjelajahi setiap postingan foto yang ada.
Membuat sepercik perasaan cinta semakin bergelora ditambah setiap foto yang ada menjelaskan bahwa dia sedang tidak bertuan. Maka disinilah keberanian serta keyakinan berperan membuka proses selanjutnya.
Proses Chatting
Ini adalah proses yang paling mendebarkan, dengan nekat kita yang tengah jatuh cinta pada pandangan foto pertama mulai memberanikan diri menyapanya lewat DM, messenger atau bahkan lewat kolom komentar disalah satu postingannya dengan harapan disambut baik olehnya.Â
Menunggu, menunggu, menunggu dan akhirnya pesan itu terbalas dengan begitu hangat. Disini dititik ini bersiaplah menjadi manusia yang akan hilang logika dan menjadi manusia yang 'baperan' hanya dengan kata-kata.
Proses Heart Breaking
Dalam proses heart breaking (sebagian besar pernah mengalami ini pasti) ada satu tahap di mana kita sudah mulai serius dengan target, kita berikan segala yang kita punya, menyempatkan waktu untuk ngobrol, saling berkabar hingga melancarkan ajakan pertemuan pernah diajukan.Â
Sampai di satu titik akhirnya kamu, aku ataupun kita berani 'nembak' jalur daring dan rasanya tidak akan jauh beda dengan 'nembak' secara langsung.
 Deg-deg'kannya, nerves dan gugup hanya untuk menunggu sebuah jawaban dan akhirnya sang target menjawab dengan jawaban-jawaban penolakan yang diperhalus, semisal :
"Aku mau fokus belajar dulu."
"Aku mau sendiri dulu."
"Jangan pacaran dosa." (Yang satu ini ada benarnya)
Atau penolakan secara frontal dan menyakitkan :
"Aku udah punya pacar."
"Aku nggak suka/tertarik sama kamu."
"Emang kamu punya apa?"
"Ngaca dong, emang kamu ganteng?"
Dah ah! Saat itu juga kita yang pernah mengalami bakal ngerasa sakit hati (terutama dengan penolakan secara frontal).Â
Sesungguhnya proses ini tidak selalu mendapat sad ending tak jarang juga ada yang mendapat happy ending. Semuanya tergantung pada cara kita mendekati dan juga keberuntungan tentu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H