Mohon tunggu...
Dio Satrio Jati
Dio Satrio Jati Mohon Tunggu... -

melalui hati, dicerna pikiran dan digambarkan dalam nyata

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemogokan Guru dan Tenaga Pengajar, Sebuah Potret Politik Pendidikan Tanah Air

11 Oktober 2011   08:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:05 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi pemogokan guru ini ternyata mempunyai dampak yang cukup mengena mengingat aksi ini sebagai bentuk penerapan kekuasaan, politik pendidikan (keras/lunak) didasarkan tujuan yang hendak dicapai,bukan dampak yang ditimbulkan. Karena itu, tolok penilaian yang tepat atas aksi pemogokan itu bukan apakah ia berdampak baik atau buruk namun efektifkah ia untuk meraih tujuan yang ditetapkan.

Unjuk rasa ribuan guru menuntut kenaikan anggaran

pendidikan, kesejahteraan, dan status kepegawaian di Jakarta, Tangerang, dan Yogyakarta menunjukkan, garis perjuangan guru telah memangkas tabu-tabu keningratan ”semu” profesi guru yang ditonjolkan, terutama sepanjang pemerintahan Orde Baru.

Berbagai unjuk rasa itu merupakan indikasi, kesadaran tentang keharusan pemerintah melaksanakan ketentuan konstitusi tentang anggaran pendidikan mulai menyebar ke kalangan guru. Tampaknya para guru merasa ikut bertanggung jawab untuk menuntut pemerintah agar memenuhi ketentuan anggaran pendidikan. Di zaman pascareformasi, kesadaran dan tanggung jawab itu terekspresikan dalam unjuk rasa guru yang kian lazim terjadi.

Kasus inimengindikasikan, guru tidak hanya memegang kunci pencerahan budi, tetapi juga kunci kekuasaan politik dalam arti sebenarnya. Dalam pemogokan, eksploitasi potensi kekuasaan kolektif guru jauh lebih nyata daripada dalam unjuk rasa biasa. Artinya, pada konteks luas, jika terjadi koordinasi solid dan sistemik atas seluruh guru di Indonesia untuk mengolah potensi kekuasaan kolektif yang diekspresikan dalam politik pendidikan yang keras, misalnya pemogokan, peran guru sebagai agen perubahan menjadi amat nyata. Dipilihnya strategi politik pendidikan yang keras oleh guru untuk melawan strategi lunak pemerintah dalam penentuan pemotongan gaji ke-13 mengindikasikan para guru mulai kehilangan kesabaran menghadapi sikap kenyal pemerintah dalam melaksanakan amanat konstitusi tentang anggaran pendidikan.

Sumber Bacaan

·Susetyo, Benny. Politik Pendidikan Penguasa. Yogyakarta; LKiS. 2005.

·Freire, Paulo. Politik Pendidikan: Kebudayaan, kekuasaan, dan Pembebasan, Yogyakarta: Read, 2000

·Dr. Moh. ROQIB, M.Ag. Politik Pendidikan dan Pendidikan politik. Thursday, 11 March 2010 (06:58). http://agupenajateng.net

·http://agussuwignyo.blogsome.com/

·http://kompasiana.com/

Semarang, 18 Agustus 2011

Dio Satrio Jati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun