Membuat Tikar dari Daun Mengkuang, Upaya Melestarikan Budaya dan Kearifan Lokal

Dalam era modern yang semakin maju, tradisi dan kearifan lokal sering kali terpinggirkan oleh kemajuan teknologi dan perubahan gaya hidup. 

Namun, di tengah arus globalisasi yang kuat, beberapa tempat tetap berkomitmen untuk melestarikan budaya dan tradisi leluhur mereka. 

Salah satu contoh nyata adalah pembuatan tikar dari daun mengkuang, sebuah kerajinan tangan yang tidak hanya berfungsi sebagai alat sehari-hari, tetapi juga menjadi simbol identitas budaya.

Pembuatan tikar dari daun mengkuang merupakan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Desa sekualan kec. Serbajadi, kab. Aceh Timur. 

Dalam hal ini mahasiswa KKN Melayu Serumpun ikut andil dalam pembuatan tikar dari daun mengkuang tersebut. Tikar ini dibuat dari daun mengkuang (Pandanus tectorius), sejenis tumbuhan pandan yang tumbuh subur.

"Pembuatan tikar mengkuang dimulai dengan pengumpulan daun-daun yang sudah tua dan matang. Daun-daun ini kemudian dipisahkan antara duri dan daunnya. Kemudian ditumbuk dengan menggunakan kayu broti. 

Kemudian direbus selama 5 menit, kemudian dijemur di bawah sinar matahari hingga kering selama 3 hari. 

Kemudian direbus kembali dan beri warna khusus untuk daun bengkuang tersebut dan dijemur kembali selama 3 hari. Setelah itu, daun-daun mengkuang dipotong sesuai ukuran. dan dianyam dengan pola-pola tradisional" ujar inen Azmi.

Pola anyaman pada tikar mengkuang hanya berfungsi sebagai hiasan saja akan tetapi bisa juga untuk tempat-tempat serbaguna lainnya. 

Sementara salah satu ibu-ibu menyampaikan "Setiap orang memiliki keahlian dan teknik tersendiri yang dipelajari dari orang-orang sebelumnya" ujarnya