Budaya disiplin untuk berkendaraan di jakan raya di Indonesia semakin lama semakin luntur.Mengapa demikian?Waktu saya masih kecil, jarang sekali pengendara mobil/motor yang melanggar lampu merah.Walaupun bisa dikatakan jumlah kendaraan bermotor masih sedikit namun pengendara mobil/motor sangat patuh dengan rambu-rambu lalu-lintas.Dalam tulisan kali ini saya fokus kepada pelanggaran lampu pengatur lalu lintas.
Saya seorang pegawai negeri yang setiap hari naik mobil dari arah kali malang menuju Merdeka Barat.Tepat di pertigaan jalan Inspeksi Kali Malang menuju jalan Mayjen Sutoyo terdapat lampu merah.Setiap pagi saya pasti melalui jalan tersebut dan dipastikan setiap hari pasti banyak yang menerobos pengatur lampu lintas baik itu sepeda motor atau mobil.Saya sangat sedih dan prihatin sekali bahwa kesadaran berlalu lintas masyarakat sangat rendah.Belum saatnya lampu berganti dari merah ke hijau sudah banyak sekali kendaraan terutama sepeda motor yang langsung menerobos hanya dengan modal tengok kanan, kalau kosong langsung tancap gas dan itu langsung diikuti oleh puluhan kendaraan lain termasuk mobil.Pernah suatu saat ada sepeda motor menerobos dan saat yang bersamaan dari kanan ada speda motor juga melintas,hanya selisih sekian detik keduanya hampir bertabrakan.
Bayangkan apabila terjadi tabrakan saya yakin akibatnya akan fatal bagi kedua pengendara.Kalau sudah kejadian suah pastiyang bersalah adalah yang menerobos lampu merah bukan?Padahal waktu menunggu antara lampu merah menuju kuning dan hijau hanya terpaut beberapa detik.Sebegitu pentingkah waktu sekian detik tidak mau menunggu pergantian lampu?Saya yakin tidak akan banyak berpengaruh terhadap kedatangan di tempat tujuan masing-masing.
Yang menyedihkan lagi hampir setiap hari saat saya menunggu di depan lampu merah, kendaraan dibelakang sudah mengklakson saya berkali-kali bahkan ada yang langsung belok mendahului saya sambil marah-marah, padahal lampu jelas-jelas masih merah.Ada apa dengan disiplin pengguna jalan di Indonesia?Begitu parahkah kesadaran mereka akan berlalu-lintas yang benar?Kadang saya berpikir biar tunggu sampai kejadian kecelakaan dulu baru tau rasa mereka....Apakah itu yang diharapkan, sampai menunggu korban berjatuhan baru sadar?Kalau kita mengharapkan pak Polisi berdiri di setiap lampu pengatur lalu-lintas 24 jam maka berapa polisi yang dibutuhkan?Untuk menumbuhkan sikap disiplin memang perlu upaya yang sistematis dan berkelanjutan, namun karena begitu parah dan banyaknya pelanggaran lalu-lintas saya punya saran yang sebenarnya sudah banyak diterapkan dibeberapa negara maju.
Mengapa Polisi dan Kementerian Perhubungan tidak menerapkan punishment berupa denda bagi penerobos lampu pengatur lalu-lintas?Bagaimana bentuknya?Caranya mudah tetapi memang butuh dana yang lumayan besar namun bila dibandingkan dengan efek kedepannya maka saya rasa impas.Di setiap tempat pengatur lampu lalu-lintas diletakkan kamera penjebak (trap camera) yang mampu mencatat waktu kejadian dan nomor polisi kendaraan pelanggar.Berdasarkan hasil rekaman tersebut maka Polisi langsung dapat memasukkan tagihan pada saat pemilik kendaraan bermotor akan membayar pajak/bayar STNK tahunan.
Pelanggar akan terkaget-kaget ketika membayar pajak STNK ternyata jumlahnya membengkak.Kalau mereka protes, beberkan saja bukti-bukti pelanggarannya berupa foto yang memuat waktu kejadian dan nomor polisinya.Dengan demikian diharapkan para pengguna kendaraan bermotor akan lebih mematuhi rambu-rambu lalu-lintas.Efek samping yang positif adalah bila teman atau kerabat akan meminjam kendaraan yang bersangkutan, si empunya akan mengingatkan untuk mematuhi rambu-rambu lalu-lintas soalnya kalau tidak tagihan pajak STNK akan membengkak.Kecualikalau yang mau pinjam kendaraan mau bayar tagihannya, mungkin ngga? Saya rasa akan mikir dua kali.Dengan demikian diharapkan kesadaran berdisiplin lalu-lintas perlahan-lahan dapat ditingkatkan.
Demikian saran dari saya untuk mengatasi masalah pelanggaran lalu-lintas khususnya penerobos lampu pengatur lalu-lintas.Sebenarnya masih banyak sekali masalah displin berlalu-lintas yang bisa dibahas dan dicarikan solusinya demi ketertiban, keamanan dan keselamatan kita bersama.Bangsa kita pada dasarnya adalah bangsa yang berbudaya, jangan sampai hal-hal yang prinsip seperti disiplin berlalu-lintas kita abaikan yang dalam jangka panjang akan merubah bangsa ini menjadi bangsa yang tidak berbudaya.Mohon komentarnya para pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H