Mohon tunggu...
Hatake Kakashi
Hatake Kakashi Mohon Tunggu... lainnya -

Tell me how he died...///...\r\nI will tell you how he lived\r\n

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Saat Saya Tahu, 7 Hari Lebih Dulu, "27 Mei 2006/ 05.55 WIB/ 57 detik" yang Terus Menghantui 'ku

12 Mei 2011   15:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:47 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Semenjak saat itu, saya tidak pernah kembali untuk memasuki dimensi tersebut.

Menjadi seseorang yang dititipkan kemampuan yang kadang di luar nalar, pada umumnya, terasa sangat memberatkan. Indigo, sebut saja demikian, menjadi salah satu bagian dalam kehidupan saya yang tidak dapat terpisahkan, meskipun kemudian terpaksa saya lupakan.


Sebelum kejadian, berminggu-minggu sebelumnya, banyak ahli yang memperkirakan gunung merapi akan meletus. Dengan mengaitkan kebiasaan merapi, ramalan dan lain sebagainya yang menjadi kekhasan tradisi lingkungan jawa pada khususnya.

Sampai pada suatu hari, saya mencoba untuk melihatnya secara metafisika, menerawang dalam bahasa yang lazim. kapan sebenarnya merapi akan memperlihatkan kekuatannya.


Gambaran singkat yang saya dapat, saya melihat Sultan sedang tersenyum dengan ekspresi kesedihan tersendiri, merapi masih memerah puncaknya, langit masih tidak terlalu gelap waktu itu sehingga dapat saya lihat sekeliling tempat saya berdiri, Sultan tetap berdiri di samping sebelah kiri, rumah-rumah sudah rata dengan tanah. Saat itu 7 hari sebelum hal tersebut terjadi.

Kemudian dini hari beberapa jam sebelum gempa melanda, dalam tidur ada suara yang terdengar, tolong ke jogja netralkan semua, tolong ke jogja netralkan semua, tolong ke jogja netralkan semua, berulang suara itu memberikan pesan. Sampai saya terbangunpun suara tersebut masih juga terdengar.


Saya tidak melakukan apa-apa, hanya terjaga beberapa menit sebelum akhirnya memejamkan mata kembali. Sekira jam 9 pagi, barulah terdengar kabar yang menyedihkan.

Tidak perlu saya jabarkan perasaan saya waktu itu dan sampai sekarang jika peristiwa tersebut kembali terkenang. Berlanjut pada hari jumat beberapa waktu kemudian, biasanya saya sholat jumat di masjid besar yang berjarak hampir 1,5 Km dari rumah tinggal, tapi saat itu saya memilih mengerjakannya di masjid dekat rumah yang tidak lebih 20 meter jaraknya.


Dalam khotbah jumat, Sang khotib dalam ceramahnya sedikit menyinggung gempa jogja yang baru saja melanda dan mengatakan : padahal pada waktu itu sudah ada yang diingatkan, diulang kembali oleh beliau, padahal pada waktu itu sudah ada yang diingatkan. Sayapun terdiam. Sore satu hari sebelumnya, beliau menambahkan, salah satu stasiun swasta menyiarkan prosesi beberapa pemuka agama dan paranormal di pantai selatan yang dilakukan dengan harapan merapi tidak sampai memuntahkan lahar.

Semua telah menjadi puzzle yang telah terangkai, kenapa saat itu, tolong ke jogja netralkan semua merupakan pesan yang saya terima.


Akhirnya, lewat posting ini saya meminta-maaf yang tidak terhingga atas hal itu semua, kepada masyarakat jogja pada khususnya.


Irhamni ya Rabbi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun