Lama-lama habis tenaga dan energy bangsa ini demi hal-hal yang sebenarnya hanya menjadi umpan. Seharusnya tenaga dan energi diperuntukkan untuk hal-hal yang produktif dan konstruktif bukan kok malah sebaliknya; Energi terbuang dan dibuang secara sia-sia demi hal-hal yang sebenarnya itu bukanlah permasalahan inti.
Dalam beberapa waktu lalu kita berlarut-larut menguras energy dalam kasus Ahok, kini harus berhadapan dengan kasus kehoakan yang dibalas dengan kehoakan. Yang teranyar adalah sajian pertikaian FPI dan GMBI yang sebenarnya muaranya adalah kasus Ahok pula yang aundiensinya tak kunjung terpuaskan, meskipun sampai saat kapanpun keduanya pasti tidak terpuaskan. Itu pasti dan keniscayaan.
Bangsa ini telah disandra oleh pihak-pihak tertentu demi memuaskan keinginannyaa. Saya menganggap, keduanya, FPI dan GMBI podo dene. Kenapa? Karena kesadaran dalam menahan diri tidak ada. Kesadaran akan kepentingan yang lebih besar tidak ada. Kesadaran akan kecolongan gawat darurat tidak ada. Kecolongan akan siapa nanti yang mewek dan siapa yang ngakak tidak ada.
Pada saat yang bersamaan masyakat secara luas tersandera dalam hiruk-pikuk sandiwara yang tak jelas ini. Pertanyaanya: apakah permasalahan bangsa hanya berkutat pada permasalahan kedua organisasi ini? Apakah masalah bangsa hanya permasalahan kehoakan yang dibalas dengan kehoakan, yang pada akhirnya menimbulkan libido kehoakan anda? Kalau sekarang orang bilang, “Cangkemmu, lha iki yo lagek menyelesaikan urusan bangsa cuk!”
Sekarang saya balik Tanya, “Apa yang anda hadapi itu adalah permasalahn inti? Apa ketika anda menghadapi anda harus mengajak semua bangsa habis terkuras dalam penyelasain itu, sehingga permasalahan yang besar-besar tergadaikan?” itu harus dijawab, sekaligus jadi refleksi kita bersama. Sekaligus jawab, siapa yang akan mewek dan siapa yang akan ngakak kalau balon itu melepes, eh maksudnya meledak. Jawab itu.
Bokyo’o mikir: Negara dan bangsa kita sekarang sedang dipertaruhkan nyawanya dengan mengotak-ngotakkan masyrakat sipilnya. Negara yang sudah terkotak-kotakkan adalah Negara yang pesakitan. Negara yang mudah dihasut adalah Negara yang siap masuk liang lahat; Mau mampus. Kalau kata anak-anak ABG waktunya gantung karena kegalauan masalah asmara.
Musuh kita dan permasalahan sebenearnya bukanlah FPI atau GMBI, melainkan orang-orang yang sengaja membuat keributan agar masyarakat terseret dalam pusaran tidak produktif dan tersesat dalam labirin kembiguan ini. Ini bukan masalah yang benar siapa dan yang paling benar siapa. Tapi sudah pertaruhan masa depan bangsa. Kenapa saya mengatakan “benar dan paling benar?” karena memang watak keegoan itu tidak bisa dibunuh. Itu sudah terlihat dari gelagat yang dipertontonkan, lapor balas lapor; pukul balas pukul; demo balas demo; rusak balas rusak. Ada yang mau nambahi?
Kemudian permasalahan inti yang kedua adalah akal dan diri kita sendiri yang tak kunjung terjaga dan terketuk. Diri kita selalu asyik dan enjoy dangan ketidakjelasan dan kesemrawutan. Diri yang yang gemar dengan hal-hal yang remeh temeh. Diri yang sukar beranjak dan tidak tau kapan akan beranjak dari keambiguan dan kesuraman. Boro-boro beranjak, generasi saat ini malah mengelus-ngelusnya dan memupuknya. Sungguh memilukan!
“Eh mas, emm...keambiguan itu apa sih?”
“Kamu lagi galau ya dik?”
“hehe, iya mas”