Mohon tunggu...
Hasyim MAH
Hasyim MAH Mohon Tunggu... wiraswasta -

Berusaha mengusung wacana nasionalisme, pluralisme dan kepedulian pada alam ini dengan disertai pemikiran yang bijak dan arif... Begitu maunya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Budaya "Copas" Bisa seperti Terorisme

31 Mei 2017   14:25 Diperbarui: 31 Mei 2017   16:18 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda punya grup WhatsApp? Berapa banyak? Berapa grup yang ada ahlul-copas-nya? Ahlul-copas adalah tukang copy-paste alias copas. Ahlul-copas terbagi menjadi 4 macam tipe. 

  1. Tipe korban
  2. Tipe garing
  3. Tipe motivator
  4. Tipe James Bond

Tipe korban adalah orang yang merupakan korban dari materi hoax. Orang seperti ini dasarnya adalah orang yang berhati-hati yang jadi resah baca materi copas. Karena kehati-hatiannya itu, dia ingin orang lain ikut hati-hati dengan meng-copas tulisan itu ke grup lain. Orang seperti ini tak begitu peduli kalau akhirnya tahu berita itu hoax karena merasa tak ada salahnya berhati-hati. Persoalannya, itu sebenarnya bukan lagi hati-hati, melainkan keresahan. Dan celakanya, dia ikut menyebarkan keresahan itu kepada yang lain.

Tipe garing adalah orang yang ingin dianggap lucu. Orang ini suka banget kirim tulisan humor atau foto-foto lucu. Tujuannya adalah supaya dianggap orang yang lucu, karena aslinya memang tidak lucu dan tidak bisa melucu.

Tipe motivator adalah orang yang suka menyebar materi motivasi, pengajian, cerita sukses, dll.. Tujuannya ya menyebar kebaikan. Meski kadang nggak sadar bahwa materi seperti ini jauh lebih banyak daripada kemampuan baca orang di WA.

Tipe James Bond adalah tipe yang bahaya karena suka banget copas sesuatu yang menghebohkan. Bisa soal ancaman penyakit, ancaman bom, berita kecelakaan, cerita konspirasi, dan sejenisnya. Materi copas ini biasanya mencatut nama orang penting: misalnya ahli gizi, petinggi kepolisian, pakar sosial, staf ahli perbankan, dll.. Ahlul-copas yang satu ini suka sekali dengan berita yang seakan-akan rahasia dan dia tahu lebih dulu. Makanya begitu dapat dari satu grup, dia langsung segera copas ke semua grup yang lain. Modal dari satu grup dan merasa berjasa (juga hebat) di banyak grup yang lain.

Lalu apa hubungannya dengan terorisme? Tahu nggak tujuan teroris? Menebar teror, menebar ketakutan, menebar kepanikan. Tujuannya? Ya macam-macam tergantung "pemesan order". Contoh paling ekstrem dari terorisme adalah bom bunuh diri. Contoh paling ringan ya melalui budaya copas tanpa harus mencari tahu kebenaran berita itu.

Copas hoax itu dibuat oleh teroris. Mereka jelas ingin menebarkan teror, ketakutan, hingga kepanikan. Coba Anda pikir lagi, apa tujuan mereka bikin berita palsu itu? Ya pengen orang resah, dan dia tertawa lebar melihat itu kita sebarkan. Namun sebenarnya, tujuan si teroris ini tidak akan tercapai tanpa kehadiran ahlul-copas alias orang yang hobinya copas. Celakanya, si ahlul-copas malah segera copas materi hoax itu ke semua grup yang dia punya.

Alhasil, teror yang direncanakan sang teroris tercapai. Orang bisa jadi saling curiga, orang bisa tiba-tiba khawatir akan nasib keluarganya, orang bisa paranoid, orang bisa rush ambil duit dari bank, dan banyak hal konyol lainnya tanpa latar belakang yang jelas.

Jika disamakan dengan terorisme bom bunuh diri, ahlul-copas adalah "sang pengantin" yang mau-maunya disuruh bunuh diri demi kepentingan si teroris sebenarnya. Namun, seperti halnya "sang pengantin" yang diiming-imingi surga instan, ahlul-copas juga ada kebanggaan tersendiri ketika melakukan copas. Status sebagai James Bond karena tahu lebih dulu, itulah "surga instan"-nya ahlul-copas.

Mojokerto, 31 Mei 2017

Hasyim MAH

NB: tulisan ini boleh di-copas khusus bagi yg nggak suka copas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun