Mohon tunggu...
Healthy

Sexual Masochism Disorder

24 Januari 2016   14:14 Diperbarui: 24 Januari 2016   19:50 897
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ciri Paraphilia (Nevid, 2002) :

  1. Orang akan menunjukkan keterangsangan seksual sebagai respon yang tidak biasa. Seperti yang dijelaskan didalam DSM IV.
  2. Mereka  yang menderita gangguan paraphilia memiliki ciri-ciri memiliki hasrat seksual yang menggebu-gebu dan kuat, fantasi-fantasi seksual, atau menampilkan berbagai tingkah-laku yang  melibatkan objek, aktivitas atau situasi yang tak lazim dan menyebabkan stres negatif serta melemahnya fungsi-fungsi sosial, aktivitas kerja dan fungsi-fungsi penting lainnya.
  3. Gangguan paraphilia ditandai oleh empat langkah yang membentuk daur:
  • Preokupasi atau ketertarikan dan perhatian pada objek atau adegan seksual yang intensif dan terus-menerus.
  • Ritualisasi dalam bentuk melakukan perilaku-perilaku tertentu yang berkaitan dengan aktivitas seksual
  • Tingkah-laku kompulsif yang terwujud dalam bentu berulangnya perilaku seksual menyimpang; dan
  • Perasan sedih, murung, hampa, menderita dan depresi yang kemudian mengarahkannya kembali pada perilaku seksual menyimpang sebagai upaya untuk menghilangkan perasan-perasan negatif yang ditanggungnya.

 

Para Ahli yang Mempelajari Masochism

Menurut psikologi klasik Freud memperkenalkan istilah masokhisme primer dan sekunder. Walaupun gagasan ini memiliki sejumlah penafsiran, dalam masokisme primer, masokis melakukan penolakan sepenuhnya atau sebagian kepada model atau objek kawin (atau sadis), mungkin melibatkan model menganggap musuhnya sebagai pasangan yang terpilih. Penolakan sepenuhnya ini terkait dengan pengendali kematian dalam psikoanalisa Freud (Todestrieb). Dalam masokisme sekunder, sebaliknya, masokis mengalami penolakan yang ringan dan hukuman oleh model. Masokhisme sekunder, dengan kata lain, adalah versi yang relatif kasual dan lebih lembut.

Sartre berpendapat kalau masokhisme adalah usaha ‘For-itself’ yaitu kesadaran untuk mereduksi dirinya ke ketiadaan, menjadi objek yang tenggelam dalam “relung subjektivitas orang lain”. Dengan ini Sartre bermaksud mengatakan kalau adanya keinginan ‘For-itself’ untuk mempertahankan sudut pandang dimana ia subjek sekaligus objek, strategi yang mungkin dilakukan adalah mengumpulkan dan memperkuat tiap perasaan dan postur dimana dirinya tampak sebagai objek untuk ditolak, diuji dan dipermalukan; dan dengan cara ini For-itself  ini ia berjuang menuju sudut pandang dimana hanya ada satu subjektivitas dalam hubungan, yang merupakan miliknya yang dilecehkan dan peleceh sekaligus.

Etiologi

1. Perspektif Psikodinamika

Menurut pandangan psikodinamik, parafilia pada dasarnya defensif, melindungi ego dari ketakutan dan ingatan yang direpres, dan mewakili fiksasi pada tahap pragenital dalam perkembangan psikoseksual. Orang dengan parafilia dilihat sebagai seseorang yang takut akan hubungan heteroseksual yang konvensional, bahkan yang tidak melibatkan seks. Perkembangan sosial dan seksualnya tidak matang, terbelakang, dan tidak adekuat untuk hubungan sosial dan persetubuhan heteroseksual dengan orang dewasa.

2. Perspektif Behavioral dan Kognitif 

Terdapat pandangan bahwa parafilia muncul dari classical conditioning, yang secara kebetulan telah memasangkan rangsangan seksual dengan kelompok stimulus yang dianggap tidak pantas oleh masyarakat. Namun teori yang terbaru mengenai paraphilia bersifat multidimensional, dan menyatakan bahwa paraphilia muncul apabila terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang. Seringkali orang dengan paraphilia mengalami penyiksaan fisik dan seksual pada masa kanak-kanak, dan tumbuh dalam keluarga yang hubungan antara orang tua dengan anak terganggu. Pengalaman- pengalaman awal ini dapat berkontribusi terhadap tingkat kemampuan sosial serta self-esteem yang rendah, kesepian, dan kurangnya hubungan intim yang sering terlihat pada parafilia. Kepercayaan bahwa sexual abuse pada masa kanak-kanak merupakan predisposisi untuk munculnya gangguan, ternyata masih perlu ditinjau ulang. Distorsi kognitif  juga memiliki peran dalam pembentukan parafilia. Orang dengan paraphilia dapat membuat berbagai pembenaran atas perbuatannya. Pembenaran dilakukan antara laindengan mengatribusikan kesalahan kepada orang atau hal lain, menjelek-jelekkan korban, atau membenarkan alasan perbuatannya. Sementara itu, berdasarkan perspektif operant conditioning, banyak parafilia yang muncul akibat kemampuan sosial yang tidak adekuat serta reinforcement yang tidak konvensional dari orang tua atau oranglain.

Pencegahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun