Pertemuan malam Minggu ini hanyalah kebisuan dan berisi tatapan demi tatapan, tiada senyum yang tersungging.
Tanganmu tidak juga bergerak untuk menyentuh tanganku, padahal aku mengharapkan kehangatan dan sebuah pengakuan. Bahwa kau memercayaiku dan mengaku salah dengan dugaanmu itu.
Hingga dentangan kesepuluh kaupun beranjak, salam pamit pada kedua orang tuaku, tetap tak menghiraukanku. Rasa ini pedih tak berperi, kau bersikukuh dengan pikiran dan dugaanmu.
Kuiringi langkahmu sampai teras rumah, dan kaupun berlalu begitu saja tak menoleh berlalu tergesa.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!