Sesuai dengan infromasi yang ada, keberadaan makam ini berpotensi untuk pengembangan konsep ecomuseum di Kabupaten Subang. Hal ini didukung adanya daya tarik daerah yang terbukti sudah menggaet banyak pengujung dari luar wilayah selain adanya cerita sejarah mengenai penyebaran Islam yang dilakukan oleh Syekh Haji Jaya Kusuma dan para tokoh lainnya. Konsep yang memungkinkan untuk pengembangan ecomuseum dari makam ini, yaitu dengan menjadikannya sebagai ecomuseum spiritual dan historis. Tujuannya untuk melindungi dan mengembangkan interaksi antar masyarakat, masyarakat dan lingkungan, serta material dan spritual budaya (Cynthia E.V Wuisang, 2017).Â
Dengan pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat juga karang taruna, maka nantinya dapat menguntungkan warga lokal sendiri dan tentu makam-makam tersebut akan terawat dengan baik. Dijadikannya makam Eyang Jaya Kusuma sebagai ecomuseum, maka makam ini dapat berfungsi sebagai konservasi warisan, identitas lokal, pembangunan berkelanjutan, inklusi sosial, dan preservasi keberagaman global. Potensi yang dimiliki juga sesuai dengan salah satu karakteristik model ecomuseum, yakni penerapan teritori yang tidak harus ditentukan oleh batas konvensional yang mana batas-batas politik konvensional dapat diabaikan, dan digantikan oleh, bahasa, industri tertentu, atau tradisi keagamaan atau musikal.Â
Dalam proses pengembangannya, fasilitas, sarana dan prasarana, hingga akses jalan untuk ke Makam Waliyullah Syekh Haji Jaya Kusuma ini perlu diadakan perbaikan. Dilihat dari beberapa potret makam dan fasilitas lain yang kurang terawat, seperti mushola, toilet, tempat wudhu, dan fasilitas lain kurang menunjang untuk digunakan pengunjung terutama mereka yang ingin berwudhu sebelum ziarah atau solat. Dalam hal ini pemerintah juga perlu turut andil bersama warga lokal dan karang taruna untuk sama-sama mengembangkan makam ini menjadi ecomuseum.Â
Selain itu, keberadaan kuncen juga diperlukan untuk menjaga makam selain masyarakat lokal. Mengingat makam ini berpotensi menjadi ecomuseum, maka perlu perawatan yang lebih maksimal untuk pemberdayaan masyarakat lokal, keterlibatan masyarakat lokal dalam kegiatan ecomuseum, dan dalam penciptaan identitas budaya mereka.Â
Dari berbagai peninggalan dan sejarah yang ada, Kabupaten Subang menyimpan banyak kisah menarik dan tempat unik yang perlu untuk dikembangkan. Makam Waliyullah Syekh Haji Jaya Kusuma sendiri memiliki potensi dan layak menjadi ecomusuem di Desa Cimanggu dengan daya tariknya yang juga akan berdampak positif bagi warga lokal. Akan tetapi, masyarakat perlu memerhatikan dan melakukan perbaikan atau revitalisasi mulai dari fasilitas, sarana dan prasarana, hingga akses jalan ke lokasi untuk pengelolaan ecomuseum yang lebih baik.Â
DAFTAR PUSTAKA
Cynthia E.V Wuisang, J. R. (2017). Ekomuseum di Kabupaten Minahasa: Studi kasus Kampung Jawa-Tondano (JATON). Prosiding Temu Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI) 6 (pp. 15-22). Lhokseumawe : TEMU ILMIAH IPLBI.
Husaeni, U. (2020). Eyang Jaya Kusuma Cimanggu, Keturunan Mataram Penyebar Islam di Subang Selatan. Bandung: JABAR PRESS.Â
Pemerintah Kabupaten Subang. (2018). Profil Kabupaten Subang. In P. K. Subang, Laporan RPIJM Kabupaten Subang (pp. 1-40). Subang: SIPPa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H