Film ini diawali dengan keluhan sepasang orang tua kaya tentang laporan anaknya di sebuah sekolah TK bertaraf internasional. Sebuah video diperlihatkan agar sang orang tua paham mengapa anaknya perlu ‘turun kasta’ dari kelas anak berbakat ke kelas biasa. Sang anak merasa rendah diri karena nilainya tidak selalu sempurna. Pertimbangan sang guru menurunkan si anak ke kelas biasa adalah agar si anak memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan anak-anak sebayanya.
Orang tua si anak tidak terima dan meminta penjelasan langsung dari sang pembuat keputusan yang tidak lain sang kepala sekolah, Lui Wai Hung (Miriam Yeung). Lui Wai Hung yang sudah mengajar selama 20 tahun berusaha memahamkan sang orang tua tentang arti pendidikan bagi anak-anak. Sayangnya sang orang tua tetap tidak terima, terlebih karena posisi orang tua anak tersebut adalah donatur bagi sekolah elit tersebut.
Lui Wai Hung kecewa karena pihak sekolah memilih menuruti kehendak si orang tua agar anaknya tetap berada di kelas anak berbakat. Hung lebih mengikuti kata hatinya. Ia mengundurkan diri dari jabatan kepala sekolah tepat pada peringatan ulang tahun pernikahannya yang ke-10.
Hung kemudian melihat iklan posisi kepala sekolah di TK di sebuah desa yang terancam tutup karena ketiadaan murid maupun tenaga pengajar. Saat itu hanya tersisa 5 murid yang semuanya berasal dari keluarga menengah ke bawah. Niat awal Hung melamar pekerjaan tersebut adalah mengisi kekosongan posisi kepala sekolah sekaligus guru sebelum kelima murid tersebut mendapatkan sekolah yang baru. Dong (Louis Koo), suami Hung, yang bekerja sebagai perancang di museum mendukung niat istrinya. Keputusan Hung ini menjadi berita hangat di berbagai media cetak. Penduduk setempat di sekitar TK juga mencibir bahkan bertaruh bahwa sekolah tersebut tak akan bertahan lama.
Dengan gaji 4500 dolar HK per bulan, Hung mengisi posisi kepala sekolah yang juga merangkap tenaga kebersihan dan tenaga administrasi. Hung bahkan rela menyambangi kediaman masing-masing muridnya demi mencari tahu masalah apa yang membuat muridnya tak datang ke sekolah. Dari situlah Hung menemukan kelima muridnya ternyata sangat dewasa meski usia mereka masih sangat belia. Ada yang berasal dari latar belakang keluarga broken home, kendala karena pemahaman orang tua sang murid bahwa anak perempuan tidak perlu mendapat pendidikan, trauma psikologis si anak, sampai alasan berupa ketidakmampuan membayar ongkos. Satu demi satu Hung membantu masalah di luar sekolah murid-muridnya demi membuat mereka tetap punya mimpi dan masuk sekolah.
Hung betul-betul menjalankan tugasnya sepenuh hati demi memberikan pendidikan yang baik untuk murid-muridnya. Menjelang akhir semester, waktu dimana sekolah semakin terancam tutup, Hung bahkan mengabaikan kesehatannya karena bekerja terlalu keras. Bersama dengan komite sekolah, murid-muridnya, dan orang tua dari kelima murid tersebut, Hung membuat acara rekrutmen murid baru demi menyelamatkan sekolah dari ancaman tutup.
Sayangnya acara ini tak membuahkan hasil. Hung justru harus dioperasi lagi karena tumor tiroidnya muncul kembali. Dong sempat marah pada Hung karena mengabaikan kesehatannya. Itu artinya juga rencana mereka berdua untuk keliling dunia pun tidak terwujud. Namun akhirnya justru Dong lah yang menjelaskan kepada murid-murid Hung bahwa kepala sekolah mereka sedang dirawat di rumah sakit.
Beberapa orang menganalogikan film ini mirip dengan Laskar Pelangi. Namun menurut saya, film ini jauh lebih unik dan membawa pesan pendidikan dengan caranya sendiri. Film ini diawali dengan kegelisahan Hung bahwa jiwa pengajarnya sudah tidak cocok lagi dengan kondisi tempat kerjanya. Ia pun mengundurkan diri. Di akhir film pun, kembali diperlihatkan keteguhan hati seorang Hung. Ia menolak sebuah tawaran dengan bayaran luar biasa besar untuk menjadi ikon perusahaan bimbingan belajar untuk anak TK dengan sebuah kalimat singkat nan menohok,
“Kamu ini mau membangun sekolah atau bank?”
Inilah yang tidak ada pada film Laskar Pelangi dan menjadikan Little Big Master begitu membumi dengan kondisi zaman saat ini. Sosok Hung bukan saja berhasil membuka pikiran murid-muridnya untuk tetap punya mimpi, tetapi juga orang tua para muridnya. Klimaks film ini berada di bagian akhir film. Satu murid lulus pada hari itu. Itu artinya jumlah murid hanya tinggal 4 orang dan tidak ada lagi kesempatan bagi sekolah tersebut untuk tetap buka di semester berikutnya. Namun nasib justru berkata lain. Hari terakhir sekolah mereka justru menjadi awal harapan baru.
Little Big Master akan diputar di channel Celestial Movies dalam rangka bulan film Hongkong I Love HK Movies. Film yang disutradarai Andrian Kwan ini bukan hanya akan menguras airmata, tetapi juga menggugah jiwa. Kolaborasi yang apik dari akting Miriam Yeung dan Louis Koo sebagai suami istri yang memerankan profesi berbeda namun tetap harmonis patut diacungi jempol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H