"I'm fine." jawabku sekenanya.
"Can I pray for you?"
Tawarannya yang tiba-tiba itu cukup membuat saya terkejut. Saya bahkan tak peduli bagaimana ia tahu keadaan saya. Yang terpikir adalah mengapa tiba-tiba saja ia mau mendoakan saya. Saya hanya bisa menjawab,
"Ok."
Jason langsung meletakkan tangan kanannya di atas kepala saya, menutup matanya, dan berdoa. Itu pun dengan bahasa Inggris! Saya hanya diam patuh sambil memperhatikan mulutnya yang komat-kamit dengan nada doa yang penuh harap.
Dia tahu saya muslim, bahkan berjilbab, sedangkan dia Nasrani. Penampilannya bak anak muda, tapi dia berdoa layaknya seorang pendeta yang mendoakan salah satu jemaatnya. Begitu khidmat meski singkat.
"I hope you are ok now." katanya sambil mengangkat tangan kanannya dari atas sambil tersenyum.
"Asante baba." kataku dalam bahasa swahili yang artinya terima kasih bapak.
Dia pun berlalu dari hadapan saya. Saya begitu terharu dengan niat tulusnya mendoakan saya. Dia bahkan berdoa dalam bahasa Inggris agar saya paham isi doanya. Itulah mengapa saya tak menolak tawarannya meskipun saya tahu dia berbeda agama. Dia hanya ingin mendoakan saya, dengan caranya sendiri yang ia tahu. Dia ingin saya kembali sehat. Bahkan ketika ia tahu kesehatannya sendiri juga perlahan tapi pasti akan memudar digerogoti penyakitnya. Tapi Jason selalu terlihat ramah kepada siapa saja, termasuk mereka yang menjaga jarak dengannya karena tahu perihal penyakitnya. Asante sana, Baba Jason. Only God can pay you back.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H