Mohon tunggu...
Hasto Rustiadi
Hasto Rustiadi Mohon Tunggu... -

Many miles away from Anfield.........#YNWA\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bahaya Sekularisme Menurut Mohammad Natsir

24 Februari 2015   14:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:37 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekularisme adalah suatu cara hidup yang mengandung paham, tujuan, dan sikap, hanya di dalam batas hidup keduniawian. Begitulah yang dikatakan oleh Mohammad Natsir dalampidato yang di berikannya pada siding Konstituante sebagai ketua Masyumi.Segala sesuatu yang kaum sekularis tidak di tujukan melainkan hanya dalam batas keduniawian. Walaupun sesekali mereka mengakui adanya Tuhan, namun pada kehiduan perseorangan sehari-hari mereka tidak memerlukan adanya hubungan jiwa dengan Tuhan. Hubungan dengan Tuhan itu seperti doa maupun ibadah lainnya.

Dalam pidatonya tersebut dalam siding konstituante Mohammad Natsir memberi perumpamaan un tuk lebih menekankan apa yang beliau katakana. Beliau menggambarkan dengan mengambil contoh suatu perkawinan dimana aliran sekularisme dan agama itu tergabung. Beliau menjelaskan  jika seorang isteri yang beragama bersuamikan suami yang sekuler. Bagi si istri upacara perkawinan dalam gereja mengandung arti yang dalam dengan mengandung sesuatu yang dirahmati oleh tuhan.  Maka dari itu sang istri melakukannya dengan penuh khidmat. Sementara disisi yang lain yaitu suaminya memandang upacara perkawinan ini tidak lebih hanya peraturan semata yang tidak mempunyai arti lebih disbanding membeli karcis ika ingin naik kereta api.Tidak adanya perasaan yang sacral sehingga dia sekedar mentaati.Kemudian setelah mereka menikah dan mempunyai anak maka bagi sang istri hal itu dia angap sebagai fitrahnya menjadi perempuan untuk menghasilkan keturunan dan juga membuat masyarakat yang baru. Berbeda dengan sang suami yang menganggap bahwa mempunyai anak adalah suatu kebiasaan umum di masyarakat tidak lebih.

`               Kemudian beliau juga menjelaskan di dalam ilmu pengetahuan. Beliau menjelaskan bahwa sekularisme menjadikan ilmu-ilmu itu terpisah daripada nilai-nilai hidup dan peradaban. Etika katanya, harus dipisahkan dari ilmu pengetahuan. Ilmu Ekonomi harus dipisahkan dari etika, Ilmu Sejarah harus dipisahkan dari etika. Kemudian Ilmu-ilmu social harus dipisahkan dari nilai-nilai moral kultur dan kepercayaan. Memang ada ada gunanya memisahkan ilmu pengetahuan dari etika, tetapi ada batasannya untuk memisahkan ilmu pengetahuan dari etika.Sebagai perumpamaan di dunia Teknik bahwa saat ini pembuat bom atom apakah mereka ikut bertanggung jawab atas akibat dari pemakaiannya?, untuk yang memisahkan etika dan ilmu pengetahuan mudah saja mereka melepaskan tanggung jawab.Di sini kita bias melihat betapa jauhnya sekularisme berpengaruh. Ilmu pengetahuan sudah di jadikan tujuan tersendiri “Scienc for the sake of science”.

Sekularisme tidak memberikan batasan yang jelas dalam kehidupan perseorangan dan masyarakat. Penting di sini bagi Negara untuk menentukan sikap yang tegas. Sekularisme tidak dapat memberi pandangan yang tegas, sedangkan agama dapat memberikan pandangan yang terang. Pengakuan . Sekularisme tidak mau meneima sumber ke Tuhanan untuk menentukan soal-soal perseorangan.Maka dari itu kita harus mengambil keterangan dari apa yang ada di dalam masyarakat. Namun semua yang ada di dalam masyarakat sudah terkontaminasi. Alhasil kita tidak dapat pegangan yang baik. Dan disinilah lagi sekularisme tidak dapat membeikan pandangan yang positif.Jika orang secular di Tanya apa arti kehidupan ini maka mereka tak bias menjawab dan merasa tak perlu menjawabnya. Orang yang kehilangan arti penting kehidupan akan mengalami keontokan rohani.

Maka kehidupan perseorangan orang yang sekuler timbul penyakit saraf dan rohani. Manusia membutuhkan  suatu pegangan hidup yang azasnya tidak berubah. Jika ini hilang maka terjadilah taufan rohani. Itulah akibat dari paham secular di dalam kehidupan perseorangan. Dan pengaruh agama dalam kesehatan rohani sudah di akui oleh ilmu jiwa zaman sekarang.

Kemudian ada lagi satu pengaruh sekularisme yang paling berbahaya dibandingkan hal-hal diatas. Sekularisme menurunkan sumber nilai-nilai hidup manusia dari taraf ketuhanan kepada taraf kemasyarakatan semata-mata. Cinta kasih, tidak boleh membunuh itu semua diyakini oleh orang sekuler datangnya bukan dari wahyu illahi melainkan dari apa yang namanya penghidupan di masyarakat semata.Betpa bahayanya akibat yang seperti itu. Pertama, dengan menurunkan nilai-nilai kepercayaan ke dalam perbuatan manusia, maka pandangan mansia ke dalam nilai-nilai itu merosot. Mereka jadi beranggapan bahwa nilai itu tak perlu dijunjung tinggi. Akhirnya mereka menganggap bahwa itu adalah semata-mata ciptaan manusia itu sendiri.

Bahkan lebih parahnya adalah secular menganggap bahwa konsep ketuhanan adalah relative, yakni berganti-ganti menurut ciptaan manusia belaka yang bersumber dari keadaan masyarakat bukan wahyu. Bagi mereka agama dan paham tentag wujudnya tuhan adalah relative tergantung manusia itu sendiri dalam berpandangan.(HR2)

Referensi : Buku Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965 dari Herbert Feith dan Lance Castles terbitan LP3ES

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun