Mohon tunggu...
Hastomi Al Furqoni
Hastomi Al Furqoni Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Civil engineer. Menyukai hiking dan traveling. Tinggal di kota hujan, selatan Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Papua

11 Mei 2013   16:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:44 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ironi yang amat menyesakkan dada ketika melihat masyarakat Papua yang dibiarkan bodoh dan miskin padahal mereka memiliki gunung emas di tanah yang mereka pijak. Penduduk asli papua ‘dilestarikan’, dibiarkan bodoh, bahkan dalam berpakaian pun masih dibiarkan primitif. Tanahnya yang kaya akan emas, perak, tembaga dan uranium tidak membuat mereka sejahtera. Sekelompok pengkhianat bangsa dan kroni-kroninya bekerjasama dengan sekelompok bangsa asing merampok dan menjarah Papua, membuat diri mereka sendiri kaya raya dan menyisakan kepedihan yang teramat sangat di tanah Papua. Sampai hari ini masyarakat Papua masih dijerat dalam kemiskinan. Mereka hanya melihat dari luar gemerlap Freeport. Menonton tanpa daya saat berton-ton emas dan mineral lain diangkut oleh kapal-kapal Amerika, menghasilkan jutaan dollar yang dinikmati sekelompok orang belahan Bumi yang lain. Bukan hanya itu saja, pemerintah pun seakan tidak berdaya. Dari keuntungan perusahaan ini, hanya 1% saja yang diberikan kepada pemerintah Indonesia (sumber: IHSC). Bahkan, selama 20 tahun lebih mereka mengaku hanya menambang tembaga, padahal telah terbukti sejak tahun 1978 mereka menemukan emas di sana. Seandainya saja semua kekayaan ini kita kelola sendiri, maka jumlah keuntungan yang didapat akan sangat luar biasa. Lebih dari cukup untuk mengadakan pendidikan dan kesehatan gratis di seantero Nusantara. Namun sayangnya Amerika menjajah. Amerika merampas. Padahal putra-putri bangsa ini lebih dari mampu untuk mengelola tambang tersebut. Sayangnya, pada suatu rezim dahulu ditekan kontrak oleh seorang pengkhianat (yang baru-baru ini diusulkan menjadi pahlawan nasional) yang isinya sangat merugikan bangsa ini. Padahal, undang-undang jelas mengamanatkan.

Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (UUD Pasal 33 ayat 3)

Lihatlah gambar di awal tulisan ini. Papua benar-benar memiliki gunung emas, namun kini yang tersisa berupa kawah, sebuah refleksi ketamakan yang sungguh biadab. Sudah telambatkah kita menyelamatkannya? Belum. Para ahli memperkirakan masih terdapat 18 juta ton cadangan tembaga, dan 1430 ton cadangan emas yang tersisa.

Hei Penjajah!! Enyahlah kau dari tanah Papua!! kami tidak akan membiarkan tanah kami diinjak-injak, Bumi kami dirampas, sedikitpun,,, Tidak akan..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun