Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Action Figure

9 Oktober 2024   02:55 Diperbarui: 9 Oktober 2024   03:18 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sapto akhirnya harus megundurkan diri jadi bupati. Dulu dia benar-benar ingin menjadi bupati dan terwujud tetapi akhirnya harus mengundurkan diri karena banyak tekanan yang harus dia hadapi. 

Ternyata dunia politik itu memang kejam kata orang dan Sapto sudah membuktikannya. Dia membereskan semua barang-barang di meja kejanya termasuk banyak action figure yang ia rapihkan untuk dibawa pulang. Sapto memang sangat suka dengan banyak action figur dan dia  mengkoleksinya.

 Dia gak pernah bosan selalu memegang, menatap action figurenya dan mulai berimajinasi dengan action figurenya. Kadang kala action figurenya juga menjadi pelipur lara kala dia mumet dengan pekerjaannya. Tinggal menatapnya di aats meja dan lemari , Sapto sering terhibur.

Saat pertama kali jadi bupati dan memajang action figure di mejanya banyak masarakat yang nyinyir padanya . Buat apa ada seperti itu, emang bisa buat kerja. Dan sekarang action figure yang gak punya salah juga kembali disalahkan , gegara dia mengundurkan diri. 

Tuh kan sibuk dengan action figurenya tapi jadi gak kerja. Padahal Sapto mengundurkan diri bukan dia tak bisa bekereja karena hati nuraninya yang bekerja. Banyak orang-orang yang dulu mendukungnya minta proyek, belum partai , belum ormas. Dan jika dikasih banyak uang yang dikorupsi. 

Dan masih banyak lagi yang membuat dirinya tak bisa leluasa bergerak. Akhirnya dia harus tumbang menjadi bupati. Nuraninya tidak bisa untuk berbuat yang tidak benar. Ajaran orangtuanya selalu dia ingat. 

Tapi lebiih baik dia mundur daripada dia harus mengorbankan nuraninya.

Action figure yang sejak awal jadi kontrofersi tetap menjadi kesayangannya. Sapto sedang berpikir apa yang akan dia lakukan agar hidupnya bermanfaat.  Sapto masih berkeliling seputar kota sambil merenung. 

Apa dia kembali ke desa untuk bangun desanya? Atau apa?. Tiba-tiba ada anak kecil menyorongkan tangannya untuk minta uang. Sapto menatap benik matanya. Sayu dan terlihat kuyu.

            "Sudah makan? Gak sekolah?"

            "Gak,"tukasnya sambil menggelengkan kepala. Sapto mengajak anak itu makan dan menggunakan action figurenya untuk bercerita. Anak itu suka dan mendengarkan cerita Sapto. Dan tahu-tahu nasinya sudah habis.

Semenjak pertemuan dengan anak itu terbersit dirinya ingin buat rumah singgah buat anak-anak putus sekolah . Dan di sana dia akan mengajarkan banyak hal dan tentunya action figurenya juga akan berpartisipasi untuk dia bisa bercerita buat anak-anak. 

Dan Sapto mulai percaya kalau dia masih bisa bermanfaat buat orang banyak walau dia bukan lagi menajdi bupati. Masih banyak jalan untuk berbuat baik dan berguna buat banyak orang. Perasaan hati Sapto lega dan mulai untuk merencanakan semau hal agar semua bisa terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun