Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kegelisahan Kutu

20 Agustus 2021   02:54 Diperbarui: 20 Agustus 2021   02:58 2262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kutu-kutu yang ada di kulit anjing kesayangan Ale mulai gelisah. Mereka sudah mulai akan tersingkir dari kulit anjing yang setiap saat memberi mereka makan. Saat lapar kutu tinggal hisap darah dari kulitnya. Dan itu hanya sedikit menyakitkan bagi anjing. Dan paling anjing akan merasa gatal karena ada kutu. Bagi kutu dia tak merugikan anjing. Tapi anjing mulai merasa gelisah karena sering dia gak bisa tidur karena gatal. 

Sebentar-bentar anjing akan menggaruk-garuk, baru tidur sebentar kulitnya mulai gatal kembali. Anjing mulai malas makan, karena tubuhnya selalu gatal. Sering kali anjing mulai mengerung-gerung perlahan saat tubuhnya mulai gatal. Dan ini diamati oleh pemiliknya Ale. Ale mencari tahu kenapa si Dogi selalu gelisah dan nafsu makannya turun.

Ale melihat kulit Dogi dan dia melihat banyak sekali kutu-kutu di sana bergelantungan di kulit. Alena bergidik. Alena segera membeli obat kutu anjing dan mulai memandikan anjingnya dengan obat kutu. 

Beberapa kutu berguguran jatuh dan yang lain masih bisa bertahan di sana. Untuk sementara rasa gatal Dogi berkurang. Tapi apa daya kutu bisa beranak banyak sehingga populasi kutu juga bertambah kembali. Dan Dogi mulai malas makan dan gelisah. Ale bingung kenapa kutu itu masih bertahan di kulit Dogi?  

Dengan kesal Ale mencabut satu persatu kutunya. Tapi ini membuat kulit Dogi berdarah. Kutunya dimatikan dengan diinjak Ale. Kutu-kutu tidak bisa berlari apalagi kalau tubuhnya mulai mengendut karena baru menghisap darah Dogi. Mereka mulai menjerit-jerit kesakitan saat ditarik dari kulit Dogi. Tapi ini pekerjaan sia-sia. Kutunya terlalu banyak. Ale harus membawa ke dokter hewan.

Kutu-kutu mulai gelisah karena mereka tahu Ale akan menyingkirkan mereka. Mereka gak mau, karena mereka sudah nyaman di kulit Dogi dan darahnya enak karena Dogi selalu mendapat makanan enak.

            "Coba ya, kalau kalian menghisap darah jangan sampai bikin gatal."

            "Emangnya bisa. Kalau kita menghisap pasti Dogi akan merasakan."

            "Makanya pelan-pelan saja menghisapnya."

Mereka berusaha untuk menghisap darah pelan-pelan tapi Dogi tetap saja merasa gatal. Dan mereka semakin gelisah saat Ale membawa Dogi ke dokter hewan.

            "Wah, ini kutunya banyak,"kata dokter hewan

            "Iya, sudah diobati dengan berbagai obat dan shampo tapi kutunya masih betah saja,"tukas Ale.

            "Nanti dikasih obat , biar kutunya gak mau menghisap darahnya. Dan selain itu juga dari luar dengan mandi pakai shampo anti kutu."  Kutu-kutu itu mendengar ucapan dokter hewan itu. 

Mereka memutuskan untuk puasa terlebih dahulu sampai obat yang diminum habis. Kutu-kutu mulai kelaparan . Kutu-kutu mulai mabok dengan shampo yang baunya bikin mual. Beberapa jatuh dari tubuh Dogi karena pingsan. Kutu-kutu mulai gelisah.

Kutu-kutu mulai marah karena gak terima Dogi diobati dan marah karena mereka sudah kelaparan. Perut mereka harus diisi tapi kalau mereka makan mereka akan mati. Mereka harus menahan lapar sampai kapan? 

Sampai obat habis. Tapi obatnya masih banyak. Padahal ini sudah hampir seminggu. Kutu-kutu mulai lemas dan pingsan berjatuhan ke lantai. Ale berteriak ketakutan melihat banyak kutu di lantai. Ale menyemprotkan baygon dan kutu-kutu itu semakin tak berkutik. Mati bukan karena obat kutu tapi mati kelaparan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun