Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri Tikus

25 Juni 2021   02:26 Diperbarui: 25 Juni 2021   02:27 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://berita.baca.co.id

Terlihat banyak tikus-tikus got yang mulai gelisah. Ternyata hidup di got membuat mereka menjadi tikus yang kotor dan tak menarik. Tikus-tikus ini iri melihat tikus-tikus rumah yang lebih perlente, terlihat lebih sukses. Dan kehidupan mereka selalu bersih dari kotoran. Tikus-tikus got merasa ini tak adil bagi mereka. Mereka harus hidup susah sedangkan tikus rumah bisa hidup dengan mewah. Entah banyak gejolak di got dan semakin hari semakin memanas. Sungguh kemarahan tikus-tikus got sudah tak bisa ditahan lagi. Saat ada pak Bule, tikus yang menarik iuran ke rumah-rumah tikus, mereka mulai menghadang.

            "Mulai sekarang , kami tak mau membayar iuran."

            "Kenapa?" tanya pak Bule

            "Kami tikus yang kotor dan tak punya penghasilan yang bagus. Lebih baik iurannya buat tikus rumah saja, kalau perlu mereka harus dibebani lebih banyak."

            "Betul-betul,"teriak para tikus got.

            "Gak bisa. Ini sudah aturan pemerintah negeri tikus. Ini sudah dibuat undang-undangnya. Dan tak bisa dilanggar. Kalau mau ya harus diubah dulu undang-undangnya."tukas pak Bule. Tapi tikus got tak ada yang mau membayar. Pak Bule mau memaksa tapi melihat seringai dari tikus got, akhirnya pak Bule pergi dengan rasa takut. Tikus got bersorak sorai.

            "Pokoknya kita jangan mau diatur."

            "Betul."

            "Kalau perlu kita bikin negara sendiri." Tiba-tiba semua terdiam. Mereka berpikir masing-masing.

Opsi bikin negara sendiri menjadi pembicarann yang ramai di got-got . Mereka mulai membicarakan kemungkinan untuk membuat negara sendiri. Dan tikus-tikus got mulai kusuk-kusuk, kalau mau bikin negera sendiri, siapa yang pantas menjadi pemimpin mereka. Akhirnya banyak tiksu got yang merasa dirinya yang pantas menjadi pimpinna. 

Mulailah banyak yang kasak kusuk untuk bisa memilih dirinya jadi pemimpin. Akhirnya tikus-tikus got mulai terkotak-kotak membela pilihan masing-masing. Dan ini membuat keadaan got menjadi panas. Setiap kelompok mulai merasa diri mereka yang pantas berkuasa . Begitu juga dengan yang lain sehingga situasi menjadi panas.  Bahkan semakin brutal. Meerka saling jotos satu sama lainnya. Padahal mereka bersaudara.

Situasi got sangat genting. Dan ini membuat aparat keamanan mulai melakukan penangkapan yang melakukan keributan. Dan akhirnya bisa terkondisikan lagi situasi di got. Tikus-tikus got terdiam.Padahal  yang ditangkap saudara mereka sendiri. Mereka menyesal, kenapa mereka harus berebut kekuasaaan begitu hebat sehingga ada yang ditangkap. 

Tikus-tikus got itu mendatangi kantor polisi dan meminta agar saudara mereka dikeluarkan. Akhirnya mereka dilepaskan dengan surat perjanjian untuk tak mengulanginya lagi. Dan omongan tentang mendirikan negara sendiri hilang seketika. Tapi tetap mereka merasa tak adil bagi mereka hidup di got yang sulit.

Dan akhirnya tikus-tikus got tetap menjadi tikus-tiksu got yang kotor. Mereka hanya bisa mengeluh tanpa solusi. Mereka selalu merasa dirinya terzolimi. Dan mereka selalu berteriak sana sini kalau mereka didiskriminasikan. 

Tapi mereka tak sadar kalau mereka adalah tikus-tikus malas yang hanya menunggu bantuan dari negara. Dan mereka tetap dengan tipe tikus yang malas, hanya mengeluh dan tak punya solusi. Akhirnya got hanya menjadi tempat mereka membusuk di sana. 

Tak ada yang bisa memberikan solusi karena mereka tak pernah bisa berusaha untuk keluar dari masalah . Tapi hanya berputar-putar di tempat. Kasian tikus-tikus got itu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun