Aku berdiri di depan vihara Dharma. Sudah cukup lama aku tak sering mengunjungi vihara ini. Hampir 5 tahun. Mungkin semuanya sudah berubah. Vihara begitu semarak.Â
Sebentar lagi imlek akan tiba. Semua sudah bersiap-siap. Ada yang latihan barongsai, lilin-lilin besar mulai dipasang. Semua serba merah. Begitulah setiap tahun imlek selalu semarak. Tapi sudah lima tahun aku kehilangan momen imlek. Sungguh di tempat yang baru, aku selalu berusaha tak mengingat lagi ada perayaan imlek.Â
Lagipula aku tak merayakan imlek. Banyak kenangan di vihara dan imlek yang membuat diriku selalu ingin menjauh darinya. Kenangan yang sekarang masih tersimpan dalam hati.Â
Dan untuk melupakannya rasanya tak mungkin, makanya aku sekaarng berada di depan vihara Dharma ini. Entah mengapa kaki ini melangkah kembali . menelusuir kenangan yang ada di sini.Â
Apakah Mulan masih mengunjungi vihara ini? rindu akan dirinya yang membuat aku mendatangi vihaar ini setelah 5 tahun aku tinggalkan jauh ke kota lain. Tapi rindu yang menyuruh kakiku datang kemari. Di saat perayaan imlek.
Masih ingat saat aku membantu teman-teman di vihara yang mau membagikan bantuan buat masarakat sekitar vihara. Di sanalah aku mengenal Mulan.Â
Wajah orientalnya dengan warna kulit yang putih dan mata agak sipit membuat dirinya tampil cantik .Kesederhanaannya begitu luar biasa. Padahal Mulan anak orang kaya. Pertemuan pertama membuat hatiku bergetar.Â
Peretmuan demi pertemuan membaut diriku menjadi akrab dengannya. Dan benih-benih cinta tumbuh membuat hati selalu berbunga saat bersama dirinya.Â
Tapi ternyata semua cinta ini terhalang dengan sekat . Sekat yang tak bisa diurai. Sekat yang membedakan siapa aku, siapa dirinya. Dan sekat itu terlau besar untuk diurai. Bagiku seharusnya cinta itu tak bersekat, karena cinta datang dengan ketulusan hati. Ternyata sekat-sekat ini memang selalu menjadi penghalang bagi manusia di bumi ini.Â
Suku, agama, kaya dan miskin membuat sekat yang membelenggu. Cinta akhirnya harus mengalah dengan sekat-sekat ini. Sekat-sekat yang akhirnya membuat cinta harus mengalah. Akhirnya aku melangkah jauh , merantau untuk menghilangkan jejak cinta.
Ternyata jejak cinta itu tak bisa menghilang. Selalu rindu yang aku selalu tahan. Tapi kini setelah 5 tahun , rindu itu terus mendesak hatiku. Kini aku berdiri di depan vihara untuk melepaskan rinduku.Â