Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Masih Ada Cinta Untuknya

12 Februari 2021   02:20 Diperbarui: 12 Februari 2021   02:29 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://bali.tribunnews.com

Aku berdiri di depan vihara Dharma. Sudah cukup lama aku tak sering mengunjungi vihara ini. Hampir 5 tahun. Mungkin semuanya sudah berubah. Vihara begitu semarak. 

Sebentar lagi imlek akan tiba. Semua sudah bersiap-siap. Ada yang latihan barongsai, lilin-lilin besar mulai dipasang. Semua serba merah. Begitulah setiap tahun imlek selalu semarak. Tapi sudah lima tahun aku kehilangan momen imlek. Sungguh di tempat yang baru, aku selalu berusaha tak mengingat lagi ada perayaan imlek. 

Lagipula aku tak merayakan imlek. Banyak kenangan di vihara dan imlek yang membuat diriku selalu ingin menjauh darinya. Kenangan yang sekarang masih tersimpan dalam hati. 

Dan untuk melupakannya rasanya tak mungkin, makanya aku sekaarng berada di depan vihara Dharma ini. Entah mengapa kaki ini melangkah kembali . menelusuir kenangan yang ada di sini. 

Apakah Mulan masih mengunjungi vihara ini? rindu akan dirinya yang membuat aku mendatangi vihaar ini setelah 5 tahun aku tinggalkan jauh ke kota lain. Tapi rindu yang menyuruh kakiku datang kemari. Di saat perayaan imlek.

Masih ingat saat aku membantu teman-teman di vihara yang mau membagikan bantuan buat masarakat sekitar vihara. Di sanalah aku mengenal Mulan. 

Wajah orientalnya dengan warna kulit yang putih dan mata agak sipit membuat dirinya tampil cantik .Kesederhanaannya begitu luar biasa. Padahal Mulan anak orang kaya. Pertemuan pertama membuat hatiku bergetar. 

Peretmuan demi pertemuan membaut diriku menjadi akrab dengannya. Dan benih-benih cinta tumbuh membuat hati selalu berbunga saat bersama dirinya. 

Tapi ternyata semua cinta ini terhalang dengan sekat . Sekat yang tak bisa diurai. Sekat yang membedakan siapa aku, siapa dirinya. Dan sekat itu terlau besar untuk diurai. Bagiku seharusnya cinta itu tak bersekat, karena cinta datang dengan ketulusan hati. Ternyata sekat-sekat ini memang selalu menjadi penghalang bagi manusia di bumi ini. 

Suku, agama, kaya dan miskin membuat sekat yang membelenggu. Cinta akhirnya harus mengalah dengan sekat-sekat ini. Sekat-sekat yang akhirnya membuat cinta harus mengalah. Akhirnya aku melangkah jauh , merantau untuk menghilangkan jejak cinta.

Ternyata jejak cinta itu tak bisa menghilang. Selalu rindu yang aku selalu tahan. Tapi kini setelah 5 tahun , rindu itu terus mendesak hatiku. Kini aku berdiri di depan vihara untuk melepaskan rinduku. 

Walau mungkin aku hanya bisa melihatnya dari kejauhan. Tapi itu sudah cukup bagiku.Aku melangkah ke dalam vihara. Belum banyak orang beraktivitas. Masih terlalu pagi. Apalagi dengan okndisi pandemi seperti ini, tentunya tak banyak orang yang bisa datang ke sini.

            "Dani?" sebuah suara dari belakang . Aku menoleh , ada  Theo menghampiriku.

            "Apa kabar Theo?/" tanyaku. Theo menepuk bahuku.

            "Sedanga apa ke sini?, berlibur?"

            "Iyaa, libur sambil nengok orangtuaku." Banyak hal yang aku bicarakan sambil Theo bekerja.

            "Bagaimana dengan Mulan?" tanyaku. Theo menatapku lekat.

            "Kau masih mnecintainya?" aku mengangguk. Theo menghela nafas perlahan. Theo bercerita kalau Mulan tak bahagia dengan pernikahan yang dirancang oleh orangtuanya. Dia selalu datang kesini dan kadang lama seperti menunggumu. Aku cuma bisa menyesali apa yang sudah terjadi. Aku dan Mulan tak bisa memperjuangkan cinta

Aku melihat Mulan datang dengan dres moca yang sederahana. Terlihat cantik. Wajah orientalnya yang selalu aku bayangkan . Mulan mulai berdoa . Setelahnya dia memandangi hiasan-hiasan imlek sambil mempermainkannya. Ingin aku mendatanginya, tapi kakiku menghalanginya. Biarlah aku tak akan ganggu rumah tangganya. 

Biar aku di sini memandangnya dari kejauhan. Biar rindu ini terobati walau hanya memandangnya. Sudah cukup bagiku .Keindahan pagi ini, membuat rinduku sedikit terhapus dari hatiku. Terus kupandang dirinya sampai hilang dari pandanganku.

            "Belum pulang?" tanya Theo.

            "Iya, aku akan pulang." Aku melangkahkan kakiku. Sudah cukup aku merindukannya. Mulan sudah punya orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun