Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tukang Obat

4 Desember 2020   02:21 Diperbarui: 4 Desember 2020   02:29 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://steemit.com/

Setelah selesai masak, Ipah bergegas ke lapangan dekat balai desa. Di sana ada tukang obat . Banyak yang bilang tukang obat itu pintar mengobati berbagai macam penyakit baik fisik maupun batin. Ipah  mulai duduk di depan tukang obat. 

Perawakannya tinggi besar dengan kumis melintang. Dia menggunakan surban besar dan kemeja gombrong. Wajahnya sih terlihat seram tapi anehnya saat dia mulai bicara semua akan terpesona dengan cara bicaranya. 

Semakin siang semakin banyak yang datang. Semakin banyak yang diobati. Ada yang disembur-sembur air yang sudah diberi obat agar bisa usir setan. Ada yang diberi obat untuk hipertensinya. Semua ada di tukang obat itu. Ipah  masih mengamati saja. Tapi sedikit mulai tertarik dengan cara bicaranya yang lantang dan berwibawa. Ada karisma di matanya. Banyak orang yang akhirnya terpengaruh dia termasuk Ipah. Ah,  Ipah merasa dirinya juga harus bisa berobat ke tukang obat itu.

Ipah merasa dirinya perlu datang lagi ke tukang obat itu. Ipah butuh pengobatan. Ipah berjanji akan datang lagi ke sana demi pengobatan batinnya. Sudah hampir 2 tahun Ipah harus menjadi PSK, semua ini gara-gara suaminya sendiri. Ipah dibawa ke suatu tempat dimana dia harus melayani para pria bejat. Pria-pria yang sudah beristri tapi masih mencari kesenangan di luar rumah. 

Ipah sebetulnya jijik melakukan hal ini. Tapi ancaman akan dibunuh membuat dirinya terpaksa melakukan ini. Kalau Ipah tahu sejak awal kalau suaminya adalah germo di lokasi ini, tentu Ipah tak mau menikah dengannya. Dirinya sudah tertipu oleh suaminya. Tubuh sintalnya menjadi giliran pria yang ingin menikmatinya.

 Sampai suatu saat Ipah merasakan gak enak dalam tubuhnya. Sering demam, lalu sembuh , demikian terus . Mulai merasakan sakit yang luar biasa di alat kelaminnya. Beberapa kali dia menolak , tapi suaminya marah besar.  

Pernah Ipah kabur saat suaminya pergi dengan kliennya. Dan itu digunakan Ipah untuk lari. Tapi ternyata suaminya lebih pintar dari dirinya. Dengan bantuan preman-preman Ipah berhasil ditangkap. Kini Ipah merasakan sakit luar biasa baik fisik maupun mental.

Esoknya Ipah kembali ke lapangan untuk menemui tukang obat itu. Ipah duduk di depan menatap tukang obat itu. Tadi Ipah sudah mendaftar untuk berobat padanya. 

Tukang obat itu mulai kembali berceloteh tentang kehebatan obatnya. Dan salah satu orang dipanggil dan bintil-bintil merahnya menghilang saat diobati tukang obat. Semua kagum dan mulai tertarik dengan celotehannya. Ipah menunggu dengan sabar. Di belakang tukang obat ada tenda untuk yang mau diobati saat itu juga. Ipah akhirnya dipanggil.

            "Sakitnya sebelah mana?" Ipah menunjukan daerah yang dirasakan sakit. Tukang obat menatap lekat Ipah. Ipah agak takut dengan matanya. Karisma yang ada hilang yang terlihat adalah mata nafsu laki-laki.

            "Ini harus diobati rutin dengan salep khusus. Kamu harus setiap hari kemari," tukas tukang obat.

            "Tapi saya gak bisa datang malam."

            "Sore saja ,"tukas tukang obat itu. Ipah keluar dengan perasaan jengah. Mata tukang obat itu seperti mau menelan dirinya. Tertlihat nafsu lelakinya membara. Ada keraguan dalam hati Ipah, tapi dirinya harus sembuh.

            Berkali-kali Ipah keluar masuk lagi rumah. Keraguan yang ada dalam dirinya membuat sedikt ragu untuk datang ke sana. Tapi rasa perih dan sakit membuatnya melangkahkan kaki ke tenda tukang obat. Di lapangan sudah mulai sepi.  Ipah mulai masuk ke dalam tenda.

            "Ah, akhirnya kamu datang juga,"tukas tukang obat. Surbanya sudah dibuka. Dia hanya memakai sarung dan kaos .

            "Berbaringlah di sana."  Ipah berbaring di tempat tidur yang ada. Sepi. Ipah mulai berdebar jantungnya . Dia melihat tukang obat itu mengunci pintu tenda. Ipah mulai duduk kembali.

            "Berbaringlah."

            "Aku mau pulang saja, gak jadi berobat,"tukas Ipah sambil turun dari tempat tidur.

            "Mau kemana? Jangan munafik. Kamu kan memang suka melayani laki-laki." Tukang obat itu mulai meraba bagian tubuh Ipah. Ipah mulai berontak tapi tangan tukang obat itu lebih kuat.

            "Jangan berteriak, kalau tidak aku bunuh kau."  Ipah pulang dengan sesal di hatinya. Dia ingin sembuh malah dia masuk liang srigala yang lebih licik dari suaminya. Lalu untuk apa dia hidup. Untuk memenuhi hasrat pria hidung belang. Dirinya sudah pernah kabur dan gagal, lalu dia harus kemana?  Ipah tertidur setelah satu botol aspirin dia makan. Suaminya membangunkannya dengan keras.

            "Ipah, bangun. Ipah, bangun." Tetapi Ipah tetap membisu

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun