Sampai kejadian siang itu Legi melamun sehingga kakinya tak menginjak lantai dan terjerembab jatuh . Â Dan dia dirumahkan tanpa ada biaya pengobatan bagi dirinya.Â
Katanya namanya tak ada dalam asuransi kecelakaan kerja. Sudah diurut ke tukang urut tapi tetap saja Legi tak bisa lagi bangun. Dirinya harus terbaring terus di kasurnya. Dia menjadi pesakitan dan setiap harinya ia harus mendengar omelan istrinya. Dan Nurilah yang akhirnya yang merawat dirinya.Â
Pagi hari setelah memberikan makan pada Legi, Nuri akan pergi sebentar menjajakan gorengan berkeliling kampung dan kembali pulang untuk mengurus ayahnya. Begitulah sekarang kehidupan Legi. Dirinya bergantung pada anaknya.Â
Dan benar kata Inah, dirinya memang tak mampu berbuat apa-apa, hanya benalu bagi istri dan anaknya. Â Memikirkan itu terus seharian di kamarnya. Legi merasa dirinya sudah tak berguna lagi. untuk apa dia harus hidup. Belum kata-kata istrinya yang membuat dirinya letih jiwanya. Dan benar-benar merasa dirinya sudah tak ada gunanya hidup. Saat dirinya sendiri,Â
Legi berusaha meraih baygon yang ada di pojok kamarnya. Legi merangkak sambil menahan sakit tulang belakangnya yang retak. Saat botol bisa ia raih, langsung ditenggaknya . Dan sekian detik kemudian hanya erangan yang terdengar dan akhirnya hening di kamar itu. Hanya ada jasad Legi dan tumpahan baygon.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H