Di lembayung senja perempuan itu selalu berdiri di teras depan rumanhya
Menjemput senja dengan asa penuh pusaran rindu akan anaknya
Tapi ia setia merindu dalam sepi bertemankan temaram sore
Berkalungkan pilu
Binar matanya mulai meredup saat sore menjelang malam
Anaknya belum kembali, masih ada asa esok hari akan dia tunggu lagi
Esoknya di tempat yang sama bertemankan angin perempuan itu  menunggu lagi
Sudut nafasnya mulai melemahÂ
Air mata mulai menetes perlahan dan bibirnya terkatup menanti dalam sepi
Sampai malam itu menjempuntnya dalam kegelapan menuju Ilahi
Dia telah pergi meninggalkan penantian yang sia-sia, anaknya tak pernah pulang untuk mengunjunginya......
Cirebon, 14 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H