Berhari-hari Dulah menyusuri jalan untuk mencari pekerjaan. Apapun bakal dia lakukan, apaapun pekerjaannya, agar keluarganya bisa makan. Dari teman-temannya yang kuli bangunanpun Dulah tak bisa mengandalkan karena banyak yang tak menggunakan lagi kuli-kuli seperti dirinya. Kadang ada saja yang menyuruhnya mengangkut barang di pasar. Pendapatannya tak banyak. Seharian di pasar jadi kuli angkut. Pulang hanya dengan beberapa lembar uang , yang ia dapat hanya omelan istrinya.
      "Segini bisa buat belia apa? Apa gak bisa lebih lagi."
      "Kan lu sendiri kalau sekarang sulit , dan gue sudah cari sana sini , gak ada yang mau pakai tenaga gue, dan hanya kuli panggul di pasar. Itupun harus giliran dengan yang lain."
      "Memang dari dulu elu gak becus kalau kerja. Gini hidup kita kagak berubah-ubah." Ratinah neyreocos terus. Kuping Dulah sudah panas. Tapi dirinya gak mau meladeni istrinya, karena ujung-ujungnya bakal ribut .
Sampai Dulah diajak temannya untuk merampok toko emas. Katanya harga emas sedang naik . Dulah tak ada pilihan lagi karena ini menyangkut banyak perut. Temannya menjanjikan kalau perampokan ini sudah direncanakan matang-matang sehingga kemungkinan gagal kecil.Â
Temannya pernah kerja di toko emas tersebut. Dulah yakin kali ini bakal berhasil. Dulah membayangkan dia bakal mendapat uang banyak. Ratinah bakal tak ngomel lagi.Â
Ratinah bakal sayang pada dirinya lagi. Dulu senyum Ratinah yang membuat dirinya naksir tapi sekarang Ratinah kayak harimau yang siap menerkam siapa saja. Mungkin dengan uang yang nanti bisa dia berikan Ratinah bisa senyum kembali. Malam itu Dulah sudah ada di depan toko emas .Â
Saat temannya mulai bisa membuka pintu toko, segera Dulah masuk dan mengambil semampu dia . Tanpa pikir panjang Dulah naik motor temannya dan melaju kencang. Dia meninggalkan temannya. Semua emas ini milik dirinya. Tapi Dulah tak melihat dari arah berlawanan ada motor lain melintas. Dan tabrakan tak bisa dihindari lagi.
Kini Dulah kembali ada di penjara. Kembali memikirkan hari-harinya di penjara. Sepertinya lebih baik dia di penjara. Di sini dia tak perlu memikirkan omelan Ratinah. Walau dirinya tak bisa bebas lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H