Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Garong

23 April 2020   02:35 Diperbarui: 23 April 2020   02:38 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhinya Dulah bisa keluar dari penjara. Berkat pemerintah yang telah mengeluarkan banyak napi . Semua karena Corona.Dulah bisa kembali ke keluarganya. Begitu lama dia mendekam di penjaar. 5 tahun. Kini Dulah bisa berkumpul lagi dengan keluarganya. Dulah tahu  dirinya ragu untuk kembali ke rumah. 

Apakah Ratinah istrinya mau menerimanya kembali. Dulah tahu selama dia belum masuk penjarapun Ratinahlah yang lebih banyak mencari uang. Mulai jualan gorengan, jadi buruh nyuci . Apapun Ratinah kerjakan agar anak-anaknya bisa makan dan sekolah. Tapi dirinya lebih banyak ngangurnya. Tapi gimana lagi dirinay tak punya keahlian apapun. Hanya bisa sebagai kuli bangunan. Tidak setiap saat dia mendapatkan pekerjaan. 

Seringnya dia menganggur. Dan itu menjadi sumber konflik dengan Ratinah. Ratinah selalu menyalahkan dirinya karena gak mampu memberikan banyak uang. Sampai akhirnya dirinya ikutan teman nongkrongnya untuk merampok minimarekt. Sialnya ada CCTV di minimarekt itu sehingga dirinya mudah ditangkap.

 Hasil rampokannya belum dapat dia nikmati karena temannya keburu kabur ke luar kota. Sungguh apes dirinya. Dan dia harus mendekam di penjara. Dan tak sekalipun Ratinah mengunjungi dirinya. Dia tahu diri mungkin Ratinah sibuk dengan kerjaan dan urus anak-anaknya.

Kini dia sudah keluar. Kemana lagi dia akan pulang kalau tidak ke tempat rumahnya dulu. Walau dirinya ragu apakah dia akan diterima oleh keluarganya.

            "Tinah." Ratinah menatap dirinya.

            "Gue Dulah."

"Astaga, elu Dulah, rupanya sudah keluar. Denger ya, sekarang kondisi lagi sulit. Gara-gara Corona. Dagang sepi, gak ada lagi yang mau nyuci baju. Kalu lu mau pulang kemari. Lu harus kerja.  "  Ratinah hanya berlalu begitu saja. 

Duh, seperti beban yang berat ada di hadapan Dulah. Dirinya harus segera mencari kerja, kalau tak mau dioemlin Ratinah lagi. Dia tahu gimana kalau Ratinah sudah ngmel , seluruh tetangga bisa-bisa tahu semua.  Rumahnya sepi.

"Kemana anak-anak?"

"Mereka pada libur sekolahnya  dan mereka pada ngamen. Ngamen saja susah, gak banyak mobil yang lalu lalang . Gara-gara pemerintah menerapkan PSBB.." Dulah menarik nafas. Betul-betul berat. Ternyata kebebasannya tidak membuatnya senang tapi ada beban yang begitu berat yang harus dia tanggung. Rasanya di depannnya begitu gelap. Tak ada sinar sekecil apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun