Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gundik

7 Februari 2020   02:28 Diperbarui: 7 Februari 2020   02:44 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: 123rf.com

Benar saja sudah tiga bulan mas Rio tak datang. Saat aku bertugas, aku selalu mencari wajah Rio tapi selalu tak tampak batang hidungnya. Aku merindukan dirinya. Aku rindu dijadikan ratu . Pelukannya menghangatkan seluruh tubuhku, sekarang hanya dinding-dinding sepi yang selalu bersama diriku. Aku mulai menuntut mas Rio. Tapi kenyataannya mas Rio seperti hilang ditelan bumi. Berkali-kali aku telepon tapi tak aktif selalu. Sampai aku mencarinya di kantor. Aku memunggunya di luar gedung. Saat dia keluar, aku mengejarnya.

"Mas,kemana saja, aku telepon ponselmu tak aktif. Kapan kau datang ke rumahku lagi?" Aku menuntutnya lebih keras lagi. Semua orang mulai menoleh ke arah aku. Tapi aku sudah gak peduli. Toh gosip aku jadi gundiknya mas Riopun sudah pada yang tahu.

"Lebih baik kau pulang. Aku memutuskan aku talak kamu. ", tukas mas Rio sambil berlalu.

"Jangan pernah kembali padaku." Hari-hariku semakin sepi. Kini aku harus mulai merapatkan dari pengeluranku, mas Rio tak lagi memberikan uang padaku. Habis sudah. Aku kini hanya bisa hidup seadanya kembali. Terasa getir, saat harus menerima ini. Semua ini gara-gara Rio. Dulu dia yang mendekatiku. Dulu dia yang menjanjikanku banyak hal. Tapi  apa?  Semua gara-gara Rio.

Tampak Rio melangkah mendekati mobilnya. Dadaku berdesir. Hari-hari yang penuh kehangatan bersamanya tak mudah aku hilangkan. Tapi dia telah mencampakanku. Dia membuang aku sampai aku tak berdaya . Dia , ya mas Rio dia biang keladinya. Rasa benci menjalar dalam tubuhku. Saat aku sudah mendekat dengan mas Rio. Dari balik tasku, aku menghujam perut mas Rio berkali-kali sampai mas Rio terkapar di tanah. Aku berlari, terus berlari. Sampai tubuhku lelah dan tak sadarkan diri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun