Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Topeng Kepalsuan

22 November 2019   02:23 Diperbarui: 22 November 2019   02:25 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang dunia penuh dengan kepura-puraan. Lihat saja banyak yang pura-pura bahagia. Pura-pura kaya, pura-pura jadi pejabat yang jujur. Semua pura-pura. Manusia seperti pakai topeng yang menutupi wajah aslinya. 

Ternyata manusia lebih suka pakai topeng daripada wajah aslinya terlihat, orang bakal banyak respek kalau memakai topeng dibanding pakai wajah aslinya. Ironis bukan? Dan anehnya lagi orang-orang juga gak peduli orang lain pakai topeng , malah justru lebih suka dengan orang yang menggunakan topengnya. Dan ini berlaku juga untuk pak Soleh .

Pak Soleh sebagai kepala desa selalu berpura-pura sangat relegius untuk menarik pendukungnya di masarakat. Pura-pura baiknya dia akhirnya menghantarkan dirinya menjadi kepala desa. 

Banyak janji palsu yang dia berikan pada masarakat agar mereka memilih dirinya. Tapi masarakat mana yang peduli , mereka sudah terpesona dengan tampilan pak Soleh yang sudah mirip ustad. 

Kemana-mana selalu bawa tasbih. Sungguh pask Soleh merasakan sendiri, pura-pura malah membawanya keberuntungan. Dia sukses menjadi kepala desa. Coba kalau dia gak pura-pura tentunya belum tentu dia bakal jadi kepala desa.

Ternyata dunia pura-pura akhirnya akan selalu berakhir. Pak Soleh harus selalu mempertahankan topengnya agar dia masih dipercaya oleh masarakat. Tapi sifat aslinya seringkali mulai tampak jelas. Serakah. 

Uang dana desa mulai dinikmati sendiri. Mulai memperkaya diri. Agar masarakat gak kecewa , mulailah dia bagi-bagi uang padahal sih gak seberapa, tapi sudah cukup bagi masarakat untuk puas sementara. Tapi apa daya kepura-puraan tak abadi nyatanya. 

Masarakat mulai melihat ada kebusukan di desa. Dana desa yang banyak terpakai bukan untuk membangun tapi semua untuk aparat desa. Kegelisahan masarakat ditutupi dengan membangun toilet umum di beberapa titik . Tapi toilet ini dalam waktu sebentar sudah muali rusak dan air malah tak ngocor . 

Satu usaha lagi pak Soleh membuat acara peringatan Maulud nabi besar-besaran , apalagi dipanggilnya ustad kondang ke desanya. Berita ini membuat masarakat terlupakan sejenak denga kegelisahan mereka. 

Mereka menanti-nanti ustad yang kondang itu. Para ibu mah sudah siap-siap untuk minta foto bersama. Mereka tak tahu ada rencana besar yang akan dilakukan oleh pak Soleh.

Beberapa kali pak Soleh diam-diam ke tempat pembuatan bata yang memang sudah mulai ditinggalkan. Tadinya dia berjanji akan menghidupkan pembuatan bata ini, tapi pak Soleh lebih suka untuk menjualnya ke pengembang. Untungnya lebih besar. Saat perayaan dilaksanakan saat itu juga perjanjian ditanda tangani antara pak Soleh dengan pemgembang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun