Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bait-bait Puisi untuk Fariz RM

6 September 2019   02:35 Diperbarui: 6 September 2019   02:47 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : www,pixabay.com

Aku tahu hampir di  setiap sudutt kamarnya dipenuhi dengan  semua pernak-pernik tentang penyanyi kesayangannya dan sudah banyak  puisi yang ia kirim untukknya, tapi Zee tak pernah putus asa. Menurutku dia sudah maniak sebagai pemuja rahasia Fariz. Suatu saat  Zee meloncat kegirangan saat tahu kalau Fariz akan mengadakan pertunjukan di kota Bandung. Zee punya kesempatan untuk bisa berfoto dengan Fariz .

"Mar, awas ya lu jangan pernah bilang gue wanita tolol yang hanya bisa jadi pemuja rahasia, gue pasti bisa foto bareng Fariz," sok yakin sekali Zee dapat berfoto bersama, tapi biarlah Zee dengan angan-angannya toh itu gak salah buatnya.

Aku sendiri lebih memilih di rumah daripada memenuhi ajakan Zee yang kutahu pasti banyak cewek --cewek penggemar Fariz yang berdesakan yang ingin di foto juga, bukan Zee saja!. Tak kusangka  Zee mendapatkan kesempatan untuk berfoto dengan Fariz. Kutengok wajah sumringahnya , aku turut bahagia melihatnya senang. Zee tetap rutin mengirim puisi untuk Fariz.

Lama aku tak berjumpa karena aku dan Zee berbeda kampus setelah lulus dari SMA aku bertemu dengannya sedang bersama dengan  pria. Mungkin teman di kampus, tapi aku sedikit terhenyak saat Zee mendekati dan akan memperkenalkanku dengan temannya. Astaga mirip sekali dengan penaynyi Fariz pujaannya, kebetulan atau memang Zee mencari yang mirip?

" Zaki," teman Zee memperkenalkan diri padaku dan kutatap wajah Zee yang mulai tersenyum nakal padaku. Kugeret sebentar Zee  jauh dari Zaki.

"Gile, elu cari pacar kok bisa  mirip Fariz sih?" tanyaku keheranan, Zee tampak nyengir dan tertawa lebar , gigi gingsulnya tampak dari luar, itu yang memberikan daya tarik tersendiri bagi Zee.

"Sittt, jangan ribut entar kedengaran gue gak enak, malu tahu," bisik Zee hati-hati. Aku menggelengkan kepala saat kutahu dia masih selalu mengirimkan puisi untuk Fariz dan sekarng puisi yang sama juga dia berikan untuk Zaki. Astaga anak itu, benar-benar aku salut dengan rasa yang dia punya tak pernah padam walau sudah banyak penyanyi lain yang lebih terkenal dari Fariz.  Sampai akhirnya aku kembali bertemu dengan  Zee yang sudah putus dengan pacarnya, katanya wajah boleh serupa dengan Fariz tapi Zee tak pernah  cocok dengannya. Halah Zee,Zee, ada --ada saja.

Surat udnangan Zee yang akan menikah , begitu penuh gambar bunga sakura dan sepotong lagu sakura ada di lembaran undangannya. Hem , sampai  Zee mau menikahpun masih saja yang berhubungan dengan Fariz masih dia gunakan. Foto prewedingnya juga berlatarbelakang pohon sakura yang ada di taman Cibodas. 

Waktu aku melihat mempelai calon saumi Zee, dia seorang perwira dari angkatan darat. Astaga dan tak kusangka calon suaminya nurut saja dengan kemauan Zee untuk membuat pernikahan dengan tema yang sangat Fariz sekali. Lagu-lagu yang diperdengarkan juga lagu-lagu hits Fariz dan di dinding-dinding gedung terpampang foto mereka berdua dan diselingi dengan foto Fariz dengan berbagai pose saat manggung. Ternyata Zee masih sebagai pemuja rahasia Fariz sampai kapanpun yang kutahu.

Saat kutulis cerita ini, aku baru dapat kiriman foto kelahiran putra pertamanya yang dia beri nama Fariz juga. Duhai Zee, kau memang setia sebagai pemuja rahasianya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun