Mentari begitu lelah menyinari bumi. Kali ini semakin sinar matahari harus jauh menembus bumi. Bumi sudah tak punya lapisan atmosfir lagi. Sudah menipis. Membuat matahari harus bekerja ekstra karena sinarnya sekarang jauh menembus bumi. Dan panas mentari begitu terasa di permukaan bumi. Bumi mulai mengeluh. Terasa ditusuk-tusuk pisau tubuhnya.Â
Panasnya begitu menyengat. Seperti mencengkeram dirinya begitu kuat. Â Dan menyedot apa saja yang ada di permukaan tubuhnya. Bumi juga mulai lelah. Â Begitu banyak hal yang bertubi-tubi menimpa dirinya. Mulai dari gempa, banjir, longsor dan masih banyak bencana lainnya. Sedangkan bumi sudah semakin gersang. Rasa sakit di tubuh bumi semakin kuat. Luka terbuka lebar yang memberikan rasa perih. Bumi menangis perlahan.
"Aku sungguh lelah. Lihat tubuhku mulai bopeng di sana sini."
"Kamu bilang lelah. Aku juga lelah, aku harus menyinarimu lebih kuat dari biasanya. Tubuhmu sudah tak berselaput lagi,"tukas matahari.
"Nah, itu salah satu yang membuat tubuhku jadi panas sekali,"tukas bumi.
"Tapi itu bukan salahku. Tubuhmulah yang sudah rusak." Bumi menghela nafas berat. Nafasnya juga mulai tersengal-sengal. Ribuan kali bencana datang, ribuan kali tubuhnya dipenuhi sampah . Bmi sudah mulai menangis pedih. Dirinya sudah tak kuat lagi. Andai aku bisa memohon, satu pintaku. Kembalikan aku seperti sedia kala.
"Sebentar lagi aku akan punah,"tukas bumi.
"Janganlah, kasihan umat manusia yang berada di bumi, mereka mau dikemanakan? Mereka juga butuh hidup,"tukas matahari.
"Persetan, mereka yang merusak tubuhku, Mereka juga harus tahu rasanya sakit." Bumi mulai marah. Marah pada orang-orang yang gak mau peduli dengan dirinya. Padahal dirinya sudah memberikan apa yang dia punya untuk manusia. Tapi mereka hanya bisa merusak saja.
"Sabar bumi. Mungkin masih bisa dicari solusinya. Aku lihat beberapa dari manusia bikin gerakan untuk menyelamatakan bumi."
"Tapi itu berapa orang? Dan hanya sporadis saja. Tak mungkin lagi, aku tak sanggup menerima beban bgitu besar. Pernahkah kau merasakan apa yang aku rasakan sekarang?" tukas bumi. Matahari menggelengkan kepalanya. Dirinya juga sudah mulai lelah. Tapi dirinya sumber kehidupan bumi. Dia tak mungkin berhenti karena lelah, harus terus bersinar.
Tiba-tiba saja terdengar suatu ledakan yang besar. Semua yang ada di bumi porak poranda. Hewan dan manusia mulai berlari-larian tak tahu arah. Air bah tampak membesar, petir yang keras mengudara di langit. Semua tak karuan, hilang kendali. Bumi memancarkan api , asap hitam. Bumi mulia menghitam.Â
Perlahan tapi pasti permukaan mulai mneghitam, tumbuhan mulai mengering. Semua menghitam, semua kehidupan di bumi menghilang. Hanya tinggal asap yang mengepul yang keluar dari permukaaan bumi karena ledakan.Â
Matahari melihat dengan perasaan sedih. Dirinya bingung , sekarang apa yang harus aku lakukan? Siapa lagi yang akan aku sinari lagi? Sahabatku sudah menghilang. Boom! Hilang . Tinggal kepingan kenangan yang ada . Kepingan cerita tentang bumi. Cerita kalau di sana ada kehidupan manusia yang nyaman dan akhirnya hilang karena tak bisa memelihara alam. Kini yang ada hanya penyesalan. Bumi tinggal kenangan. Dulu pernah ada bumi. Kini hilang tak berbekas, yang ada kenangan indahnya hidup di bumi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI