Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Boneka Beruang

11 Januari 2019   02:28 Diperbarui: 11 Januari 2019   02:59 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa kali Lita melihat gadis cilik berdiri di depan etalase toko boneka. Dia tak mengedip memandang boneka beruang yang ada di balik etalase. Menurut Lita sih boneka beruang itu memang lucu. Dirajut dengan warna coklat dan bajunya berwarna kuning. Lita terlalu sibuk melihat gadis kecil itu menatap boneka di sana sebelum ada seseorang dari balik toko keluar dan mengusirnya.

"Kamu lagi, kamu lagi. Cepat jangan di sana, kamu menghalangi pembeli." Gadis cilik itu beringsut dan perlahan membalikan tubuhnya. Lita melihat kesedihan di wajahnya. Perlahan Lita mendekatinya. Lita tahu dia akan terlambat pulang tapi rasa penasarannya begitu memuncak tentang gadis cilik ini.

"Kamu namanya siapa? Mengapa kamu setiap hari ada di toko itu?"tanya Lita . Gadis cilik itu menatap Lita. Dia hanya menggelengkan kepala dan terus melenggang. Tapi Lita mengikutinya terus.

Mengapa kau ikuti aku?"tanya gadis cilik itu

"Aku hanya ingin berteman? Boleh? Lita menatap gadis cilik itu. Gadis cilik itu menatap ragu pada Lita.

"Nina."

"Mengapa kamu selalu ada di depan toko itu?"  Nina menceritakan kalau dia ingin membelikan adiknya boneka itu. Adiknya sedang sakit.

"Boleh aku menengok adikmu?"tanya Lita. Nina terdiam lalu dia meninggalkan Lita. Tapi Lita treus mengikuti Nina sampai di depan gubuk kecil di tepi sungai. Gubuk yang sangat kotor dan di dalamnya pengap. Lita melihat seorang gadis kecil sedang terbaring . Matanya terpejam.

"Sakit apa?' Badannya panas banget."

"Adikku ingin sekali boneka itu tapi aku gak punya uang untuk membeli boneka tersebut," tukas Nina.

"Dimana orangtua kalian?" Nina menggelengkan kepala. Entah apa maksudnya.

"Nina, aku pulang dulu, kamu gak usah kawatir, aku akan membelikan boneka itu." Lita pulang ke rumah. Dia tahu ibunya bakal marah karena terlambat pulang sekolah.

Lita menimang-nimang tabungannya. Celengan bentuk ayam ini sudah terasa berat. Sedikit demi sedikit Lita menabung uang jajannya agar dia bisa membeli mainan game seperti milik Sasha . Lita tahu tabungannya belum waktunya untuk dibuka, tapi Lita ingin sekali memberikan boneka itu buat adik Nina. Diam-diam Lita memecahkan celengannya. Lita sudah tahu harga boneka itu. Setelah pulang sekolah Lita membeli boneka tersebut dan bergegas ke rumah Nina. Di sana sepi .

"Nina, Nina,"panggil Lita. Tak ada suara dari dalam. Lita mencoba membuka pintu. Di dalam gelap. Di sana tak ada siapa-siapa. Lita keluar dan mencari-cari di sekitar sana.

"Bu, tahu Nina yang tinggal di sana, dia kemana?" Ibu itu menatap Lita.

"Kemarin adikknya meninggal dan Nina entah pergi kemana." Lita tercenung. Dia melihat bonekanya. Sungguh sedih hati Lita. Sudah terlambat.Pengorbanannya sia-sia. Lita pulang dan Lita menghambur dalam pelukan ibunya. Hatinya sedih. Ibunya tak tahu apa yang terjadi pada Lita, tapi dia tahu ada sesuatu yang terjadi pada anaknya. Pelukannya ia eratkan agar Lita merasa tenang. Sebelum menceritakna kejadian yang sebenarnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun