"Nina, aku pulang dulu, kamu gak usah kawatir, aku akan membelikan boneka itu." Lita pulang ke rumah. Dia tahu ibunya bakal marah karena terlambat pulang sekolah.
Lita menimang-nimang tabungannya. Celengan bentuk ayam ini sudah terasa berat. Sedikit demi sedikit Lita menabung uang jajannya agar dia bisa membeli mainan game seperti milik Sasha . Lita tahu tabungannya belum waktunya untuk dibuka, tapi Lita ingin sekali memberikan boneka itu buat adik Nina. Diam-diam Lita memecahkan celengannya. Lita sudah tahu harga boneka itu. Setelah pulang sekolah Lita membeli boneka tersebut dan bergegas ke rumah Nina. Di sana sepi .
"Nina, Nina,"panggil Lita. Tak ada suara dari dalam. Lita mencoba membuka pintu. Di dalam gelap. Di sana tak ada siapa-siapa. Lita keluar dan mencari-cari di sekitar sana.
"Bu, tahu Nina yang tinggal di sana, dia kemana?" Ibu itu menatap Lita.
"Kemarin adikknya meninggal dan Nina entah pergi kemana." Lita tercenung. Dia melihat bonekanya. Sungguh sedih hati Lita. Sudah terlambat.Pengorbanannya sia-sia. Lita pulang dan Lita menghambur dalam pelukan ibunya. Hatinya sedih. Ibunya tak tahu apa yang terjadi pada Lita, tapi dia tahu ada sesuatu yang terjadi pada anaknya. Pelukannya ia eratkan agar Lita merasa tenang. Sebelum menceritakna kejadian yang sebenarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H