Sasha suka sekali dengan seni melukis dan kerajinan tangan. Lukisan abstraknya mencerimnkan dinamika dirinya. Semua tercermin dalam goresan tangan lincahnya. Dan dari kertas bekas dia bisa membuat aneka kerajinan tangan indah . Sungguh aku begitu bangga terhadap dirinya.
Ternyata apa yang dihasilkan Sasha di pameran hasil kreatifnya di gedung seni tidak membuat ayahnya datang untuk mengapresiasinya. Aku tahu wajah sedih Sasha begitu terlihat karena ayahnya tak datang. Aku mengemis pada mas Danu untuk datang dan melihat , tapi hatinya belum saja luluh. Rasa malunya lebih besar dibandingkan kelebihan Sasha yang patut dibanggakan juga.
Dari pameran ini ada seseorang yang baik hati datang, Bu Rosa. Bu Rosa mengajak kerja sama. Bu Rosa memberikan ruko untuk Sasha. Ruko tempat Sasha memasang hasil kreatifitasnya . Dan atas usul Sasha juga di tempat itu juga diadakan kursus melukis dan kerajinan tangan. Jadilah rumah Kreatif Intan milik Sasha berdiri megah.
        "Nak, sungguh bangga mama melihatmu."
        "Ini semua berkat mama. Aku sayang mama. Mama tak pernah meninggalkan aku. Mama selalu ada di sisikui. Terimakasih ya mam." Aku menunduk dan menciumnya. Saat aku mendongakan wajahku, aku melihat mas Danu berdiri di pintu rumah kreatif. Agak ragu .
        "Masuklah,"tukasku. Aku menyuruhnya masuk.
        "Selamat ya Sasha. Papa bangga denganmu. Dengan kondisimu kamu bisa membuat sesuatu yang keren." Mas Dani mencium pipi Sasha. Sasha menangis. Ini kali pertama , Sasha dicium oleh ayahnya. Kali pertama ayahnya bangga terhadap dirinya. Ayahnya yang malu terhadap dirinya , kini mengakui akan kehebatannya. Air mataku turut jatuh. Ada rasa haru di hatiku. Andai saja mas Danu ada di sisiku bersama Sasha, andai saja mas Danu bisa diajak berjuang untuk Sasha, andai........
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H