Mohon tunggu...
Hastira Soekardi
Hastira Soekardi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu pemerhati dunia anak-anak

Pengajar, Penulis, Blogger,Peduli denagn lingkungan hidup, Suka kerajinan tangan daur ulang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Si Bola-bola Centil, Namanya Cenil

21 Juni 2017   02:46 Diperbarui: 21 Juni 2017   03:34 2549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahu cenil kan??? Itu tuh camilan tradisioal  yang terbuat dari ketela pohon. Dibentuk bulat-bulat dengan ukuran sedang dan diberi warna-warni baru direbus. Biasanya disajikan dengan parutan kelapa dan ditaburi gula putih.Bentuk yang bulat dan kenyal dengan warna warni yang cerah bikin orang suka dengan camilan ini. Dan terasa lengket-lengket basah terasa enak di lidah.

Ternyata ada sejarah dan filosofi dari camilan cenil ini. Di Jawa Timur dikenal juga dengan nama cetot. Cenil yang kenyal-kenyal itu mendankan ikatan persaudaraan masarakat di Jawa tak mudah dipisahkan saking eratnya. Dan biasa dimakan dengan menggunakan pincuk yang berupa singkatan dari  pinten-pinten cukup artinya bersyukur.

Dulunya cenil ini merupakan bahan alternatif makanan pokok bukan camilan. Karena pada saat itu terjadi kelangkaan beras sebagai makanan pokok sehingga mencari altrenatif lain sebagai pengganti beras. Akhirnya dibuatlah cenil ini sebaagi penggantinya. Yang menurut mereka ini cenil ini centil karena warnanya yang warna --warni , sangat cerah dan bisa menggoda peminatnya.

Mau berminat membuatnya , ini ada resep sederhana yang bisa dicoba

Alat dan bahan yang digunakan.

  • butir daging kelapa agak tua, parut memanjang
  •  1 sendok teh garam
  • 1 sendok teh garam, untuk dicampurkan ke parutan kelapa
  •  6 sendok makan gula pasir
  • 8 lembar daun pandan, dipotong-potong
  • 20 buah takir (wadah/mangkok) dari daun pisang (opsional)
  •  275 ml air matang
  • 400 gram tepung kanji
  • 2000 ml atau 2 liter air, untuk merebus
  •  Pewarna makanan warna hijau, kuning, dan merah

Cara membuatnya:

  • Pertama-tama campurkan 50 gr tepung kanji dengan 60 ml air, sisihkan . kemudian campur  sisa air dengan garam dan rebus dan  lalu masukan adonan tepung kanji, aduk sampai mengental
  • Masukan sisa tepung kanji pada adonan , aduk terus, sampai merata. Lalu adonan dibagi menjadi tiga bagian. Berikan tiga warna , merah, hijau dan kuning dan aduk sampai warna merata.
  • Ambil satu sendok makan setiap adonan kemudian buat bentuk bulat-bulat.
  • Kemudian rebus air  dengan daun pandan sampai tercium aroma pandannya.
  • Setelah mendidih, bulatan tadi dimasukan ke dalam rebusan air sampai mengambang.
  • Kemudian guling-gulingkan dalam parutan kelapa yang sudah diberi garam.
  • Dihidangkan dengan taburan gula pasir.

Dulu lagi kecil paling suka kalau ibuku pulang dari pasar selalu bawa camilan tradisional termasuk si bola-bola cantik ini. Rasanya memang enak, kenyal. Dan menarik sekali buat anak kecil seusiaku dulu.Nah, mssalahnya sekarang di pasar sudah susah dicari. 

Di Cirebon itu adanya di pasar Jagasatru itu juga hanya ada di satu tempat. Karena jarak rumahku dengan pasar Jagasatru jauh sehingga aku jarang membeli cenil. Akibatnya anak-anakku jarang merasakan camilan ini, sehingga akhirnya mereka jadi asing dengan camilan ini. Bukan hanya cenil saja tapi camilan tradisional lainnya. 

Mereka lebih suka dengan pizza atau burger. Jadi aku sekarang kalau ada yang jualan camilan tradisional itu langsung beli dan hanya dimakan berdua dengan suami. Memang sekarang camilan tradisonal sudah terpinggirkan diganti makanan yang lebih modern padahal masih banyak yang suka . Mudah-mudahan si bola --bola cantik warna warni ini masih terus ada dan bisa dinikmati bersama teh hangat di sore hari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun