“Kalau kangen sih datang saja ke rumahnya , gampang,”tukas Disa.
“Enak saja , kalian ngomong, malu tahu, gengsi .”
“Makan tuh gengsi.” Ria dan Disa berlalu dari hadapanku.Aku melotot pada mereka yang seenaknya bicara seperti itu
“:Mau kemana?” tanyaku.
“Ah, gak mau ganggu yang lagi cinmon.”
“Apa itu cinmon,”tukasku heran dengan istilah baru yang disebutkan Disa.
“Cinmon itu cinta monyet, tahu,”kelakar Disa sambil tertawa ngakak dan tak berhenti-henti. Aku menghentakan kakiku keras –keras tanda kesal pada mereka. Sebelum aku sempat melempar bantal yang aku pegang, mereka sudah lari . Ah, sial!!!!.
Dan cinmon aku harus berhenti sampai sini saja. Aku tak sengaja dengar pembicaraan nyak dengan bu Rohma . Bu Rohma cerita kalau Sandy anaknya bu Tatang diterima kerja di Singapur. Lututku terasa lemah, pantas saja Sandy sudah tak pernah terlihat lagi lewat . Duh, aku patah hati, padahal aku sudah nembak dia. Perih dan hati terasa tertusuk duri, penuh luka. Baru pertama kali merasakan getar-getar cinta harus merasakan rasanya orang patah hati???? Kini aku hanya mampu melihat pohon di depan rumahku sebagai tempat dimana cinta pertamaku pernah tumbuh, menyatakan cintaku dan sekaligus merasakan rasanya patah hati.
Dan untuk menghilangkan kenangan buruk, aku tak pernah lagi memanjat pohon. Nyak sampai terheran-heran melihat perubahan tingkahku. Pohon itu memberikan kenangan indah sekaligus pahit tentang cinta pertamaku, cinmon, Cinta Monyet!!!! Ah, yang penting aku sudah berani mengatakan cinta padanya. Benar gak????
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community
Silahkan bergabung di grub FB Fiksiana Community