“Gak baik kau menyimpan dendam pada ibumu. Paling tidak sekali setahun kamu menjenguk ibunmu. Pulanglah “ Kikan menatap Pras dengan manik matanya yang sayu. Sejuta badai masih menggelayut dalam dirinya. Pras menatap dirinya .Perlahan senyum Kikan mulai bergelayut manja. Ah, bagaimana dia bisa menolak permintaan Pras. Pras yang akan selalu ada untuk dirinya. Pras yang banyak membuka hatinya.Kikan membayangkan ketupat dan opor ayam ibunya yang selalu enak. Kikan merindukan semua hal yang berhubungan dengan lebaran. Kikan akan pulang bu, lebaran kali ini....
Kikan menangis . Satu-satu air matanya menetes deras, mencoba menahan isakan seperti dulu saat dia melihat pertengakaran orangtuanya. Tapi semua itu tak bisa lagi dia tahan. Isakannya semakin keras memenuhi ruang tengah . Pras memegang pundaknya tapi Kikan tak mau beranjak dari ibunya yang berbaring diam membisu. Dia tak bisa bersua lagi dengan ibunya. Ada rasa sesak dalam dirinya. Betapa dia sudah menjauh dari ibunya. Ibunya yang tetap mencintainya walau ibu tahu Kikan membencinya.
“Ibu, Kikan pulang. Kikan bawakan kain panjang untuk ibu pakai. Ibu bangun, Kikan datang,”ratapan Kikan . Ibu sudah pergi, Kikan menyesal sekali. Lebaran tahun ini dia pulang tapi dia tak pernah bertemu dengan ibunya. Ibunya hanya diam membisu.......
Untuk membaca karaya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community di sini
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H