Mohon tunggu...
Hastim Rosiana
Hastim Rosiana Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru SD Aisyiyah KAMILA

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 - Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

28 April 2023   17:57 Diperbarui: 28 April 2023   17:59 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perkenalkan nama saya Hastim Rosiana, dari SD Aisyiyah Kota Malang,. Saya adalah calon Guru penggerak Angkatan 7 kelas 150, dengan fasilitator bapak Agus Sunyoto dan Pengajar Praktik Ibu Hidayah. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Sebelum saya menguraikan materi pada modul ini, baiknya kita renungkan bersama kalimat kutipan berikut ini:

 

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik"

(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best) - Bob Talbert

  • Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang Anda pelajari saat ini?

Saya secara pribadi memaknai bahwa pendidikan bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan saja, bukan hanya penyampaian materi pembelajaran saja, akan tetapi sekolah  merupakan institusi moral yang berkontribusi atas terbentuknya nilai-nilai, karakter, etika dan moralitas pada diri setiap murid. Dengan penerapan nilai-nilai dan pembentukan karakter di sekolah diharapkan murid dapat menyesuaikan perkembangan zaman dengan tetap memegang teguh nilai-nilai dan budaya yang ada.

Berdasarkan kutipan tersebut, tersirat makna bahwa segala sesuatu harus dipelajari dari hal yang paling mendasar/utama. Dalam materi pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, hal yang paling mendasar yang perlu dipelajari adalah terkait etika. Etika akan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan, karena bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal. Selain nilai kebajikan, dasar dari pengambilan keputusan adalah berpihak pada murid harus bertanggungjawab, sehingga saat dasar pengambilan keputusan sudah dikuasai, maka permasalahan apapun akan lebih mudah dan lebih terarah dalam menemuan solusi permasalahan dan pengambilan keputusannya.

  • Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Prinsip yang dianut dalam pengambilan keputusan diantaranya berpikir berbasis hasil akhir, peraturan, dan rasa peduli, ketiganya disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang terjadi. Apapun prinsip yang dianut, tetap harus bersumber dari nilai-nilai kebajikan universal, sesuai dengan dasar pengambilan keputusan. Dengan mengacu pada prinsip dan nilai yang sesuai, maka kita akan mengambil keputusan yang lebih adil, bijaksana dan berpihak pada murid sehingga akan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan tempat kita berada. 

  • Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Dalam proses pembelajaran, tidak menutup kemungkinan akan ada saja masalah yang terjadi di dalam kelas. Sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus senantiasa peka terrhadap segala persoalan yang terjadi, dan mampu mengatasinya dengan baik. Sesuai dengan dasar pengambilan keputusan diantaranya berpihak pada murid, bersumber pada nilai-nilai kebajikan dan harus bertanggungjawab, maka secara tidak langsung, kita telah memberikan contoh teladan kepada murid cara pengambilan keputusan yang tepat, yang adil, arif dan tidak subjektif.

Kita sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran tentunya berkontribusi dalam pengambilan keputusan. Untuk itu seperti yang telah saya uraikan di atas bahwa pengambilan keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan, berbasis pada nilai-nilai kebajikan dan berpihak pada murid. Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut:

Education is the art of making man ethical.
Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.
~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~


Saya memaknai kutipan tersebut bahwa dengan penerapan nilai-nilai, pembiasaan penguatan karakter dan akhlak mulia yang akan menuntun murid berperilaku etis. Berperilaku etis di sini yaitu perilaku yang sesuai dengan nilai, norma, dan hukum yang berlaku. Berperilaku etis ini sangat bermanfaat untuk diri sendiri dan untuk berinteraksi sosial dengan masyarakat. Hal ini juga sejalan dengan filosofis pendidikan Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan menuntun segala kodrat murid sehingga mencapai kebahagiaan dan kesalamatan sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.

Setelah memaknai dua kalimat bijak di atas, berikut ini rangkuman pemahaman saya setelah mempelajari modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin dan koneksinya dengan materi yang telah dipelajari dalam modul guru penggerak. Berikut uraian materinya:

1.  Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Filosofi Pratap Triloka KHD yaitu Ing Ngarso Sung Thulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, dan Tut Wuri Handayani, menjadi sangat relevan untuk dijadikan landasan dalam mengambil sebuah keputusan yang bertanggung jawab dan berpihak pada murid. Karena sejatinya tugas seorang guru adalah menuntun anak dengan segala kodratnya baik kodrat alam maupun kodrat zamannya agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Kata penuntun di sini dapat saya pahami sebagai pemimpin pembelajaran. 

Proses pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin harus dapat memberikan contoh/teladan yang baik bagi yang dipimpinnya ---- Ing Ngarsa Sung Tuladha

Hasil keputusan harus mampu membangkitkan semangat untuk terus melakukan inovasi dalam melakukan pengambilan keputusan yang berpihak pada murid ---- Ing Madya Mangun Karsa

Seorang pemimpin harus terus memberikan motivasi/ bimbingan saat melakukan proses pengambilan keputusan agar diperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan ---- Tut Wuri Handayani

 

 2.  Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai -- nilai kebajikan yang diyakini seseorang akan sangat berpengaruhi dalam prinsip pengambilan keputusannya. Misalnya seorang guru yang memiliki rasa empati/kasih sayang/ kepedulian yang tinggi, cendrung memiliki prinsip pengambilan keputusan berpikir berbasis rasa peduli (melakukan apa yang kita harapkan orang lain lakukan pada kita); guru yang bersikap jujur dan komitmen kuat pada peraturan cendrung berpikir berbasis peraturan (menjunjung tinggi nilai -- nilai pada prinsip dalam diri); dan guru yang memiliki jiwa sosial tinggi cendrung berpikir berbasis hasil (melakukan sesuatu demi kebaikan banyak orang).

NIlai-nilai yang tertanam dalam diri sebagai guru penggerak diataranya berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif harus menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Niai-nilai tersebut akan berpengaruh kepada prinsip pengabilan keputusan yang kita ambil disesuaikan dengan situasi yang terjad dan pengaruhnya terhadap lingkungan.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya 

Kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping/fasilitator dapat menjadi bekal dalam melakukan proses pengujian keputusan secara bertahap menggunakan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Caoaching dilakukan dengan memenuhi kompetensi inti diantaranya kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Saat melakukan pengujian keputusan-pun sebaiknya menggunakan kompetensi inti coaching tersebut, sehingga kita dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya dari permasalahan yang ditemui. Pengambilan keputusan menggunakan 9 langkah pengujian akan efektif jika diimbangi dengan pendekatan coaching dan dilakukan dengan kolaboratif dengan beragai pihak.

Pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, semakin sering kita melakukannya maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran. Dalam pengambilan keputusan sangat diperlukan keterampilan coaching karena dengan keterampilan coaching pendidik dapat menjadi coach bagi dirinya sendiri dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam memprediksi hasil apakah keputusan yang diambil efektif dan dapat dipertanggungjawabkan, dan melihat berbagai pilihan solusi yang berkaitan juga dengan investigasi opsi trilema untuk pengambilan keputusan yang baik. 

 4.  Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Dalam modul 2.2 calon guru penggerak telah mempelajari kompetensi sosial dan emosional. Kompetensi sosial emosional ini juga merupakan keterampilan yang harus dimiliki berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat mengelola dan menyadari aspek sosial emosional yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan khususnya masalah dilema etika. Guru yang memiliki kemampuan dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan memiliki kesadaran diri untuk memahami perasaan, emosi dan nilai diri sendiri, memiliki manajemen diri sehingga mampu mengelola emosi dan perilaku, memiliki kesadaran sosial sehingga mampu memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain, memiliki ketrampilan berelasi sehingga dapat berkomunikasi dengan lebih efektif, dan Dapat mengambil keputusan yang bertanggungjawab. Masalah yang terkait dengan dilema etika akan diselesaikan dengan kepala dingin dan hati yang tenang, sehingga pengambilan keputusan dapat berjalan sesuai dengan langkah yang sistematis.

5.  Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Untuk studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi dan menganalisa kasus yang ada apakah termasuk bujukan moral atau termasuk dilema etika. Jika kasus termasuk bujukan moral (pertimbangan yang ada jelas salah benarnya) maka kita memilih pada keputusan benar yang diambil berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini. Jika kasus yang dihadapi adalah kasus yang termasuk dilema etika (dalam hal ini pertimbangan -- pertimbangan yang kita temukan sama-sama benar atau sama -- sama penting) maka yang harus dilakukan adalah melakukan 9 langkah pengambilan dan pengujian pengambilan keputusan berdasarkan 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan keputusan.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Setiap keputusan yang kita ambil akan ada konsekuensi yang mengikutinya, dan oleh sebab itu setiap keputusan perlu berdasarkan pada rasa tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal dan berpihak pada murid. Sebagai upaya pengambilan keputusan yang tepat, yang berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dapat dilakukan dengan beberapa tahap berikut, yaitu mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang sesuai dari suatu kasus, memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan, menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang diambil dalam dilema etika serta bersikap reflektif, kritis, dan kreatif dalam proses tersebut.

Pengambilan keputusan yang tepat harus dilakukan dengan cara yang tepat pula, disesuaikan dengan situasi yang terjadi dengan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal. Saat keputusan yang diambil sudah tepat, maka akan tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Tidak ada pihak yang merasa dirugikan, semua akan mendapatkan solusi atas permasalahan yang dihadapi.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? 

Dalam pengambilan keputusan pastinya ada tantangan yang akan dihadapi. Tantangan yang pernah saya hadapi antara lain:

  • Mengambil keputusan sendiri untuk masalah/kasus pribadi saya sebagai pendidik
  • Ketika berhadapan pada suatu dilema etika individu lawan masyarakat (dalam konteks di sekolah). Kecenderungan pendapat individu (kelompok kecil) akan terpatahkan oleh masyarakat (kelompok besar). Sebagai contoh, dalam pengambilan keputusan kenaikan kelas bagi anak yang memiliki kompetesi pengetahuan rendah tetapi memiliki nilai karakter yang baik.
  • Trauma dari kegagalan mengambil keputusan di masa lalu
  • Kekhawatiran jika keputusan yang diambil justru berdampak tidak baik (merugikan) bagi sebagian besar suatu pihak.
  • Menyelidiki situasi atau masalah secara detail atau mengumpulkan berbagai macam informasi terkait dengan situasi tersebut. Contoh : Seringkali informan memberi keterangan yang tidak konsisten.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh dari keputusan yang kita ambil dengan pengajaran yang memerdekakan murid adalah dengan merdeka belajar. Sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan proses menuntun kekuatan kodrat yang ada pada murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Hal tersebut bahwa kita sebagai pendidik harus memberikan ruang kebebasan kepada murid dalam menggali potensi yang dimilikinya. Ruang kebebasan di sini bukan bebas tanpa aturan namun berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini. 

Pengambilan keputusan yang kita ambil harus berpihak pada murid. Dalam pembelajaran, salah satu strategi agar berpihak pada murid adalah menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid, sehingga akan tercipta merdeka belajar sesuai dengan potensinya yang berbeda-beda.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran harus mempertimbangkan berbagai macam kemungkinan yang terjadi, termasuk menyangkut masa depan murid. Oleh karena itu perlu kehati-hatian dalam mengambil keputusan dengan melakukan pengujian sesuai dengan langkah-langkah yang sistematis disesuaikan dengan paradigma dan prinsip yang tepat.

Setiap keputusan pasti akan menimbulkan dampak, oleh karena itu, seperti penjelasan sebelumnya bahwa keputusan yang diambil harus dipertimbangkan secara matang agar keputusan tersebut bijak dan tepat sasaran maka sebelum mengambil keputusan, kita harus melakukan langkah-langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Kita harus mempertimbangkan paradigma jangka pendek lawan jangka panjang dalam hal ini masa depan murid; apakah keputusan yang kita ambil akan mempengaruhi masa depan dari murid secara jangka panjang. Sebagai seorang pendidik, kita harus memiliki empati berpikir berbasis rasa peduli. Murid sebagai penerima keputusan pun diharapkan dapat mendapatkan pengalaman dan pembelajaran atas keputusan yang diambil ke depannya.

10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan yang saya peroleh dan keterkaitan dengan modul sebelumnya adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran, keputusan yang diambil harus berpedoman pada tiga unsur yaitu berbasis nilai-nilai kebajikan, berpihak pada murid, dan dapat dipertanggungjawabkan. Sesuai dengan Pratap triloka Ki Hajar Dewantara bahwa sebagai pemimpin pembelajaran harus menjadi contoh, memberikan motivasi, dan memberikan dorongan serta menjadi teladan yang baik karena sekolah adalah institusi moral yang menuntun kekuatan kodrat yang ada pada murid untuk mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi-tingginya sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat untuk itu keputusan yang kita ambil harus keputusan yang berpihak pada murid.

Kaitan pengambilan keputusan dengan modul nilai dan peran sebagai guru penggerak adalah mewujudkan kepemimpinan murid. Pengambilan keputusan bukan hanya terkait dengan regulasi sistem pendidikan yang ada di sekolah yang hanya melibatkan guru, kepala sekolah, orang tua dan pihak lainnya akan tetapi murid juga memiliki kesempatan dalam membuat keputusan baik dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam kegiatan berorganisasi di sekolah dengan melatih murid dalam pengambilan keputusan maka dapat mewujudkan kepemimpinan murid.

Pengambilan keputusan sangat berhubungan modul visi sebagai guru penggerak. Sekolah memiliki visi dan misi yang menjadi panduan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Selain dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, pengambilan keputusan yang dilakukan harus sejalan dengan visi sekolah.

Nilai-nilai kebajikan universal yang dipelajari dalam modul budaya poistif menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Penerapan disiplin positif dapat dilakukan jika pendidik memberikan pemahaman kepada murid mengenai nilai-nilai kebajikan. Dengan memahami dan meyakini nilai-nilai kebajikan motivasi yang muncul adalah motivasi intrinsik. Pengambilan keputusan sering kali dihadapkan pada nilai-nilai yang saling bertentangan namun selama keputusan yang diambil berdasarkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini dan dengan prinsip berpihak pada murid, serta dapat dipertanggungjawabkan maka keputusan dapat diambil.

Pengambilan keputusan terkait kegiatan pembelajaran adalah memberikan pembelajaran yang berdeferensiasi karena murid adalah unik memiliki potensi yang berbeda maka pembelajaran pun harus sesuai dengan kebutuhan murid.

Dalam modul 2.2 calon guru penggerak telah mempelajari kompetensi sosial dan emosional. Kompetensi sosial emosional ini juga merupakan keterampilan yang harus dimiliki berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat mengelola dan menyadari aspek sosial emosional yang berpengaruh terhadap pengambilan keputusan khususnya masalah dilema etika. Karena keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan maka sesorang harus memiliki kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), dan keterampilan berelasi karena keputusan yang diambil akan berdampak bagi orang yang mengambil keputusan dan orang lain yang terkait dengan pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini juga harus dilakukan dengan kesadaran penuh (mindfullness) dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang harus dihadapi sebagai dampak pengambilan keputusan. Dengan keterampilan kompetensi kesadaran sosial dan emosional maka diharapkan keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.

Pengambilan keputusan adalah suatu keterampilan, semakin sering kita melakukannya maka semakin terlatih, fokus, dan tepat sasaran. Dalam pengambilan keputusan sangat diperlukan keterampilan coaching karena dengan keterampilan coaching pendidik dapat menjadi coach bagi dirinya sendiri dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam memprediksi hasil apakah keputusan yang diambil efektif dan dapat dipertanggungjawabkan, dan melihat berbagai pilihan solusi yang berkaitan juga dengan investigasi opsi trilema untuk pengambilan keputusan yang baik.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa dilema etika dan bujukan moral adalah hal yang sama, ternyata kedua hal ini berbeda. Dilema etika adalah ketika kita dihadapkan pada kasus yang keputusan yang kita ambil sama-sama benar namun terdapat nilai-nilai yang saling bertentangan yaitu benar lawan benar. Sedangkan bujukan moral adalah ketika kita dihadapkan pada kasus yang terdapat dua keputusan yang satu benar sedangkan keputusan yang satunya salah yaitu benar lawan salah.

Paradigma pengambilan keputusan adalah landasan berpikir yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Paradigma pengambilan keputusan ini digunakan untuk kasus dilema etika yaitu benar lawan benar. 4 Paradigma pengambilan keputusan yaitu individu lawan kelompok, rasa keadilan lawan rasa kasihan, kesetian lawan kebenaran, dan jangka pendek lawan jangka panjang.

Prinsip dalam pengambilan keputusan adalah dasar berpikir dan bertindak dalam pengambilan keputusan. Terdapat tiga prinsip pengambilan keputusan yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis rasa peduli, dan berpikir berbasis peraturan.

Sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan yaitu mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, mengidentifikasi siapa saja yang terlibat dalam situasi ini, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasinya, pengujian benar atau salah ( uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan/idola ), pengujian paradigma benar lawan benar ( paradigma individu lawan kelompok, keadilan lawan rasa kasihan, kesetiaan lawan kebenaran, dan jangka pendek lawan jangka panjang), Melakukan prinsip resolusi (berpikir berdasarkan hasil akhir, berpikir berdasarkan rasa peduli, dan berpikir berdasarkan peraturan), melakukan investigasi opsi trilema, membuat keputusan, dan merefleksikan keputusan yang telah dibuat.

Hal yang di luar dugaan saya adalah ternyata pengambilan keputusan itu selain berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan, juga berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan yang belum saya ketahui sebelumnya untuk itu saya merasa sangat bersyukur dapat mendapatkan ilmu pengambilan keputusan melalui pendidikan guru penggerak ini.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, namun sebelumnya saya tidak mengetahui adanya tahapan dalam pengujian dan pengambilan keputusan, sehingga keputusan langsung diambil tanpa mempertimbangkan hal-hal yang mungkin terjadi. Saat mempelajari modul ini, ternyata sebelum mengambil keputusan perlu adanya penentuan paradigma, prinsip dan menjalankan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan terlebih dahulu, dengan dasar nilai-nilai kebajikan, berpihak pada murid dan bertanggungjawab.

 

13.  Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Mempelajari konsep ini sangat berdampak besar bagi saya, terutama berkaitan dengan cara pengambilan keputusan yang sebelumnya tidak menggunakan langkah-langkah apapun. Sekarang setelah mempelajari modul ini perlu adanya pemilihan paradigma yang tepat, prinsip yang sesuai dan melakukan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan dengan sistematis.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting, saya merasa sangat bersyukur mengikuti pendidikan guru penggerak ini karena banyak ilmu-ilmu baru yang saya dapatkan, termasuk mempelajari modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin sangat penting bagi seorang individu dan sebagai seorang pemimpin. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran tentunya dalam perjalanannya sebagai pendidik di sekolah tentunya selalu dihadapkan pada permasalahan atau kasus yang mengerucut pada sebuah pengambilan keputusan dengan mempelajari modul ini maka semakin meyakini saya dalam pengambilan sebuah keputusan karena berdasarkan nilai kebajikan, berpihak pada murid, 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Apalagi sebagai seorang pemimpin yang mengambil langkah-langkah kebijakan di sekolah sangat penting untuk mempelajari modul ini. Pengambilan keputusan adalah keterampilan, sehingga jika semakin dilatih, maka akan semakin mahir, bijak, dan tepat sasaran keputusan yang diambil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun