Mohon tunggu...
Prahasti Aprilia
Prahasti Aprilia Mohon Tunggu... Administrasi - Administration

Menulis, Olahraga, melakukan suatu hal yang baru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan Penyelamat Tenun Toraja yang Hampir Punah

17 Desember 2017   22:19 Diperbarui: 17 Desember 2017   22:32 1401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Instagram.com/torajamelo

Banyak kekayaan yang ada di tanah air kita, namun sayangnya banyak pula manusia yang tidak menyadarinya bahkan mengabaikannya. Tak sedikit generasi milenial yang tinggi akan rasa cinta pada brand dari luar agar terlihat modis dan elegan, tak ingin kalah saing satu sama lain, membuat cinta akan budaya sendiri pun menurun. Tidak ada yang merasa bersalah atas semua ini, karena mereka menganggap ini bukan suatu masalah.  Lalu siapa pula yang pantas untuk disalahkan ?

Sudahlah, mari kita lupakan soal salah menyalahkan. Karena manusia tak luput dari kesalahan. Manusia punya cara sendiri untuk hidup di dunia ini. Mempergunakan manusia lainnya atau berguna bagi manusia lainnya. Begitu pula dengan seorang perempuan bernama Diana Iriana Jusuf atau biasa disapa Dinny Jusuf. Siapa sangka perempuan yang awalnya ingin menikmati masa pensiun di Tana Toraja ini, menjadi penyelamat kain tenun Toraja yang hampir punah.

Setelah pensiun dari pekerjaannya sebagai konsultan perbankan di Citibank, Dinny memutuskan untuk mengurus nasib perempuan sebagai Sekertaris Jenderal Komnas Perempuan dan Suara Ibu Peduli. Ia merasa sudah saatnya untuk beristirahat setelah 9 tahun berkecimpung dalam berbagai isu perempuan.

Saat ia menikmati masa pensiunnya di Tana Toraja, ia pun melakukan perjalanan mengelilingi kampung-kampung di Toraja. Disana ia bertemu dengan para penenun yang ekomoninya kurang mampu, namun sepi sekali pembeli tenunnya. Dinny yang peka terhadap permasalahan perempuan, akhirnya memutar otak untuk menemukan solusinya. Terlebih lagi ia melihat tenun Toraja yang hampir punah ini.

Melihat para penenun yang sudah tidak muda lagi dan tidak ingin mengajarkan ke generasi berikutnya, Dinny pun mengambil tindakan. Berbagai cara yang ia lakukan, mulai dari pendekatan, makan bersama berhari-hari sampai penenun tua tersebutpun luluh dan mau mengajarkan menenun kepada generasi berikutnya, agar kain tenun Toraja tidak punah dan akan terus berkembang.

Sedikitnya pembeli kain tenun Toraja karena kain tenun dijual dalam bentuk lembaran kain membuat semakin menurunnya ekonomi para penenun. Berbagai hal telah dilakukan Dinny, akhirnya ia menemukan solusinya, yaitu dengan menjual kain tenun Toraja dalam bentuk produk jadi seperti baju, celana, syal, tas, dan berbagai aksesori lain.

Dinny Jusuf (torajamelo.com/)
Dinny Jusuf (torajamelo.com/)
Seiring berjalannya waktu, Dinny membuka yayasan dan perusahaan dengan nama "Toraja Melo" yang berarti Toraja Indah. Dengan bantuan sang adik yaitu Nina Jusuf (lulusan fine art in fashion design dari Academy of Art University di San Francisco) sebagai perancang produk jadi yang akan dibuatnya.

Dinny membeli kain-kain tenun dari Toraja dan dibuatnya menjadi produk jadi, kemudian ia pasarkan hingga kini banyak orang yang tertarik oleh kain tenun. Namun tidak mudah untuk menarik  minat pembeli kain tenun Toraja yang pada umumnya warna kain tenun tersebut tidaklah cerah.

Dinny ingin memproduksi pakaian, tas, sandal, sepatu dan aksesoris lainnya dengan bergaya anak muda. Agar anak muda sekarang cinta dan melestarikan budayanya sendiri. Bukan hanya anak muda tapi orang tua pun yang memakai produk Toraja Melo akan merasa muda. Dinny menyebutnya orang-orang berjiwa muda. 

Karena fokus dengan gaya muda yang menurutnya akan laku di pasaran dunia, Dinny mencoba mengajarkan penenun untuk membuat warna-warna baru yang lebih cerah. Memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk merubah warna kain tenun Toraja yang dominan hanya putih, hitam, merah dan kuning. Namun kesabaran Dinny ini membuahkan hasil. Kain tenun tersebutpun mampu menjadi produk kelas dunia.

Nama Toraja Melo kini sudah dikenal dibanyak wilayah di Indonesia bahkan luar negeri. Dengan begitu ekonomi para penenun di Toraja mulai membaik. Karena semakinn banyak pembeli produk  Toraja Melo maka semakin banyak pula Dinny membutuhkan kain tenun dari para penenun di Toraja. 

Dengan banyaknya permintaan kain tenun, penenun yang awalnya hanya bisa dihitung jari, kini sudah mencapai 500 penenun yang bekerja sama dengan Dinny Jusuf. Bahkan para wanita asli Toraja yang bekerja di Malaysia sebagai Tenaga Kerja Wanita, kini kembali pulang ke Tana Toraja unuk menjadi penenun.

Bukan hanya soal menenun. Namun ia juga mengajarkan para penenun yang buta huruf dan angka. Dinny mengajarkan perhitungan angka, agar bisa menghitung modal, harga jual dan berapa untungnya dari penjualan kain tenun tersebut.

Berbagai macam penghargaan yang ia dapat, namun ia tetap berendah hati, karena mengingat tujuan utamanya menyelamatkan tenun Toraja yang hampir punah dan mensejahterahkan kehidupan perempuan Toraja sekaligus perempuan-perempuan yang ada di Indonesia.

Terimakasih bu Dinny telah perduli terhadap nasib perempuan dan telah menyelamatkan tenun Toraja yang hampir punah. Saya bangga pada Ibu.

Prahasti Aprilia -- Karyawati yang pernah bekerja di perusahaanmu yang telah kau perlakukan seperti keluargamu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun