; Hassanah
Kata orang, aku itu kasihan. Mereka selalu menyuruhku untuk ikut Bude Karni saja. Katanya, aku lebih baik dirawat sama Bude di desa daripada hidup di gang sempit ini. Katanya juga, aku itu masih kecil, jadi harus dididik dengan baik.
Kenapa, sih, orang besar di sini selalu bilang gitu? Aku suka, kok, tinggal di sini. Setiap hari aku akan makan makanan yang aku mau. Walau rasanya kadang-kadang asin, tapi telur dadar yang ibuku masak sebelum pergi kerja itu rasanya paling enak. Kalau ibuku kerja, besok pagi pasti ada ayam goreng tepung untuk makan. Aku suka itu.
Orang-orang selalu ngomongin Ibu setiap aku bermain. Seperti hari ini, mereka bilang kasihan lagi.
"Sri, kamu itu cantik, loh. Ikut budemu aja sana. Biar dirawat."
"Kasihan yo, Mbak, si Sri ini. Kok yo ibune tega ninggalin anak sendiri."
"Wes. Ibune kan gak beres. Aneh emang," kata Bulek Ayu, "Sri, besok pas budemu datang, melu mulih, yo?"
"Ndak mau!" Aku enggak suka sama Bulek Ayu itu.
"Kamu itu masih kecil. Harusnya kamu udah sekolah, to, bareng si Dito? Makanya, mending kamu ikut budemu. Nanti kamu bakal disekolahin di desa."
"Ndak! Nanti aku juga sekolah, kok." Aku berdiri dan membuang sekop plastik milik anak Bulek Ayu. Tapi tiba-tiba Dito menangis.
"Kamu ini, Sri! Nakal banget jadi anak. Makanya, kalau dinasehati orang besar itu nurut."
Bulek Ayu mendorongku dan mengusap kepala Dito. Dia marah-marah. Sampai aku berjalan pulang, dia masih marah.
Setelah hari itu, Dito enggak mau lagi main sama aku. Katanya, aku nakal. Dan waktu aku mulai masuk sekolah, dia terus bilang ke teman-teman kalau aku nakal. Aku enggak nakal. Ibuknya yang jahat sama aku. Sekarang dia juga jadi jahat kayak ibuknya. Aku enggak suka.
Di sekolah, Ibu Guru Ani baik sekali. Ibu guru selalu bilang kalau aku anak pintar. Sama kayak ibuku setiap kali mau pergi kerja, "Sri anak pintar, jangan buka pintu walau ada yang ketok-ketok, ya. Ibu pergi kerja dulu.". Pokoknya, Bu Guru Ani itu enggak kayak Bulek Ayu. Ibu guru bilang, aku anak baik. Ibu guru bilang, aku harus sayang sama orang tua. Beda sama orang-orang besar di sebelah rumah.
Orang besar di dekat rumahku bilang, ibuku itu nakal. Tuhan enggak suka sama Ibuku. Emangnya kenapa gitu? Aku suka, kok, sama Ibu. Dia adalah orang paling hebat. Dia yang nomor satu di dunia.
Orang besar itu jahat. Sama kayak Bulek Ayu yang udah bikin Dito jadi jahat, orang-orang besar itu pasti bikin anak-anaknya ikut jadi jahat. Kemarin mereka bilang enggak mau temanan sama aku. Terus tadi pagi mereka bilang enggak mau dekat-dekat sama aku.
"Sri udah gila."
"Iya. Kemarin aku lihat dia. Masa dia panggil bapaknya 'ibu'?"
"Kan, bapaknya pake baju perempuan. Enggak malu."
"Kata mamahku, bapak si Sri itu bencong."
"Iya. Kata ibukku kita enggak boleh main sama dia. Nanti bisa jadi bencong."
"Hiii... ."
Teman-temanku jahat. Bapakku sama hebatnya dengan Ibu, kok. Bapak paling keren sedunia. Kata Bapak, ibuku itu lagi cari uang yang banyak. Jadi, biar aku bisa punya ibu, Bapak bakalan pakai baju Ibu kalau malam. Terus aku bisa punya Ibu. Kayak teman-teman yang lain.
Bapak itu hebat karena bisa jadi bapak sama ibu. Bapak bisa jadi ibu paling kuat dibandingkan Bulek Ayu. Karena ibuku punya otot besar. Bisa angkat beras kalau di pasar. Ibuknya Dito itu mana kuat angkat beras. Enggak kayak ibuku. Lagian, aku sayang banget sama Ibu. Walau Bapak harus pakai baju yang kekecilan buat kerja malam-malam, tapi dialah ibuku. Ibuku yang punya otot. Keren, kan?(*)
Bumi Lancang Kuning, 22 Desember 2021
Hassanah adalah seorang gadis kelahiran Aceh yang besar di Tanah Melayu, Riau. Seorang penulis amatiran yang suka bermimpi dengan sangat percaya diri. Penyuka aroma kopi dan sejuknya pagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H