Mohon tunggu...
Hassanah
Hassanah Mohon Tunggu... Freelancer - Just a sister

Si penyuka ketenangan, aroma hujan, dan suara katak.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kata Bapak, Que Sera Sera

6 Juni 2023   20:44 Diperbarui: 6 Juni 2023   20:57 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dokumen pribadi (edit by Canva)

; Hassanah


"Bapak, bercerai itu apa?"

"Dari mana kamu dengar kata itu, Nania?"

"Mamanya Vino. Katanya, kalau bercerai ya bercerai saja. Emangnya bercerai itu apa?"

Nania menunggu jawaban dari bapaknya yang sedang mengambil nasi untuk dimasukkan ke dalam kotak bekal, ditambah telur dadar, lalu diberi kecap manis. Sebenarnya, pertanyaan itu sudah pernah dia utarakan pada temannya. Tapi sama sepertinya, mereka tidak tahu. Satu orang temannya bilang bahwa bercerai itu seperti artis di televisi, mungkin saja itu sesuatu yang keren. Sementara satu lagi mengungkapkan bahwa mungkin mamanya tahu karena sempat berkata demikian ketika malam, di saat dia diam-diam bermain robot-robotan di bawah selimut.

Kini gadis itu mengambil bekal yang sudah disiapkan bapaknya. Dengan cekatan dimasukkannya bekal itu pada tas bekal dari tali rafia yang dijalin, dibuatkan oleh neneknya Tia, tetangga sebelah rumah. Tidak lupa dimasukkannya juga botol minum yang sudah diisi penuh. Bapak memberikannya sendok yang kemudian diambilnya sambil bilang "terima kasih", lalu dimasukkannya sendok itu bersama sebungkus borobudur, melengkapi bekalnya hari ini. Dia tersenyum dan dibalas Bapak dengan senyum yang tampak gelisah.

Sembari menunggu Bapak menyiapkan bekal satu lagi yang lebih besar, Nania kembali bertanya, "Bapak, bercerai itu apa?"

Bapak terdiam cukup lama. Sudut bibirnya berkedut dan lidahnya seakan-akan menjelma bambu. Tak mau membuat putrinya penasaran, tapi juga khawatir dia akan menangis seperti sebelumnya; ketika Nania bertanya apa itu dosa dan dengan santainya Bapak menjawab itu adalah tiket ke neraka, tanpa tahu bahwa teman putrinya baru saja berkata kalau Nania berdosa akibat berbohong.

Lelaki muda dengan urat-urat tangan yang menonjol itu meraih tangan Nania. Dibawanya bocah berlesung pipi itu ke depan televisi tabung jadul, yang di atasnya ada boneka kuda laut milik Nania, serta pada dinding papan di belakangnya ada pigura berpotretkan Bapak dan Nania ketika usia tiga. Setelah mengambil sisir dan minyak kemiri, disisirnya rambut lurus sebahu Nania, lalu diikat ekor kuda, dan kemudian dipasangkan jepit rambut karakter kuda laut berwarna jingga.

"Pak, apa bercerai itu keren? Kata Tia, artis bercerai dan masuk TV."

Bapak mendesah pelan. Dia terdiam beberapa saat, lalu berujar, "Emm ... begini, Nania masih ingat lagu Que Sera Sera, enggak?"

Lantas Nania menoleh dan tersenyum seperti sedang memamerkan gigi barunya. Dia mengangguk antusias sambil berkata, "Masih, masih! Bu Guru Intan yang ajarkan di TK."

"Gimana lagunya? Masih inget?"

"Hem!" Nania berdiri dengan menghadap ke Bapak. "Wen ai was ... e litel girl. Ai as mai mader wat wil aibi ..." Dia lantas bernyanyi dengan bangga, kakinya melangkah satu-dua ke kanan dan kemudian ke kiri dan begitu terus hingga tikar pandan yang dipijaknya bergeser-geser. "Que sera sera ... wat ever wilbi wilbi," lanjutnya terus hingga membuat kepala Bapak bergoyang-goyang kecil.

Bapak tersenyum dan bertepuk tangan melihat putri kecilnya yang membungkuk layaknya para aktris drama musikal yang menyelesaikan aksinya di panggung. Setelahnya, dipakaikannya kaus kaki putih pada Nania.

"Nania udah tau arti dari lagu tadi?" Bapak bertanya ketika Nania bilang bahwa lagu itu sulit, tapi dia tidak pernah bosan dengannya.

"Emm ... entah. Kalau kata neneknya Tia, Que Sera Sera itu kun fayakun."

Bapak mengusap kepala Nania. Binar mata putri kecilnya tidak pernah gagal membuat hatinya berdenyut-denyut. Tiap-tiap malam, tiap-tiap selepas membaca buku cerita untuk Nania, tiap-tiap itu juga putri kecilnya akan berkata bahwa bapaknya yang paling dia sayang. Dan tiap-tiap itu terjadi, rasa bersalah menggelayuti Bapak karena tidak bisa menemani hari pertama sekolah Nania, mengepang rambutnya, menjemputnya pulang dan menemani bermain, atau membuatkannya bekal sop ayam seperti Vino atau Tia.

"Iya, artinya adalah yang terjadi maka terjadilah."

Nania mengulas senyum hingga timbul dua lekuk kecil di kanan-kiri dekat bibirnya. Ada pun Bapak merapikan dasi dan tali pinggang sang putri. Setelahnya mereka lantas bergegas menuju teras dan memakai sepatu bersama. Sambil bersenandung lagu Que Sera Sera, Nania memakaikan topi kuning untuk Bapak. Lalu bergantian Bapak membetulkan topi merah-putih Nania.

Bapak mengunci pintu sedang Nania memakai tasnya serta menenteng tas bekal berwarna biru dan oranye. Mereka berjalan beriringan dengan Bapak yang menarik gerobak berisi sapu lidi, sekop, dan bekal makan siang.

"Bapak, jadi bercerai itu apa?"

"Emm ... bercerai itu sama seperti lagu yang kamu nyanyikan tadi: Que Sera Sera."

"Ooo begitu. Berarti sama dong kayak ibunya Nania."(*)

Kota Seribu Suluk, 28 Juli 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun