Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jusuf Kalla Bongkar Hubungan Politik bersama Jokowi

25 November 2022   16:31 Diperbarui: 25 November 2022   16:37 1153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Suatu saat nanti akan aku beli mulut mereka yang merendahkanku, meremehkanku, tidak menghargai kehadiranku".

Dalam sebuah wawancara Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia Jusuf Kalla bersama Rocky Gerung di RGTV, membahas masalah politik dan termasuk hubungannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Sebenarnya dulu Jokowi menolak ajakan Jusuf Kalla untuk masuk Jakarta, alasan Jokowi karena tidak mewakili partai. Ketua Umum (Ketum) PDI-P Megawati Soekarnoputri juga awalnya tak mengizinkan Jokowi dibawa ke Jakarta.

"Ibu Mega awalanya enggak mau, ya nanti kita survei, satu bulan kemudian Ibu Mega setuju," demikian Jusuf Kalla. (Baca berita di Dulu Terkesima Sampai Bujuk Megawati, Kini JK Kaget Lihat Gimana Berubahnya Jokowi: Kok Beda).

Baca juga: Jokowi Vs Surya Paloh? NasDem Harus Tarik 3 Menterinya sebelum di Reshuffle

Jusuf Kalla mengakui bahwa dirinyalah yang mengawal dan mendorong Megawati untuk membawa Jokowi ke Jakarta, ahirnya menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Presiden RI ke-7.

Sukses story antara Jusuf Kalla dan Jokowi sudah pernah penulis tulis artikelnya di sini, dan ini pula sudah menjadi rahasia umum sebenarnya di kalangan elit bangsa dan malah di pahami elit antar negara.

Penulis sedikit ingin menyampaijan bahwa apa yang disampaikan oleh Jusuf Kalla itu merupakan tanda pecahnya hubungan Jokowi dengan Megawati serta mungkin pada Jusuf Kalla sendiri, akibat beda jagoan.

Baca juga: Jokowi Terjepit tapi Malah Menjepit, Rakyat Belajar Politik

Memang benar bahwa Jusuf Kalla merasakan berbeda Jokowi dulu dan sekarang, itu sudah pasti. Jokowi tentu tidak bisa dipaksakan mendahulukan rasa daripada akal.

Dulu Jokowi sebagai Walikota Solo beda tentunya saat ini sebagai Presiden yang menghadapi masalah negera yang begitu majemuk.

Jusuf Kalla dan Megawati harus memahami posisi Jokowi selaku presiden dan pribadi. Artinya Jokowi dulu mencium tangan Jusuf Kalla dan Megawati, tentu sekarang berbeda. Tentu tidak bisa disamakan.

Baca juga: Cara JK Kawal Anies Tanpa Partai, Sekaligus Bikin Stres Capres Lainnya

Presiden Jokowi juga pasti dilematis, termasuk bagaimana menghadapi oligarki yang selama ini melekat di pemerintahan dan masing-masing pribadi. Seharusnya Jusuf Kalla kembali mengambil sikap atau posisi satu jalur bila mau samakan yang dulu-dulu bersama Jokowi.

Tiga tokoh ini semua berbeda unggulan, Jokowi unggulkan Ganjar Pranowo, Megawati unggulkan Puan Maharani dan Jusuf Kalla unggulkan Anies Baswedan.

Sebenarnya kalau ketiga tokoh ini susah damai, apalagi keinginan Jusuf Kalla itu tidak berlaku di Megawati dan Jokowi.

Baca juga: Surya Paloh Menantang dalam Posisi Butuh Jokowi

Kalau Jokowi dan Megawati, masih ada satu jalan yaitu bersatu dukung Prabowo Subianto. Jadi hanya punya pekerjaan rumah, bagaimana mencocokkan kemauan oligarki.

Karena Jusuf Kalla inginkan Anies Baswedan, maka Jusuf Kalla harus bersedia berseberangan dengan Presiden Jokowi. Karena sangat jelas yang diinginkan oligarki adalah Ganjar Pranowo, bukan yang lain. Tapi kelihatannya Jokowi akan mengarah ke Prabowo Subianto.

Kalaupun oligarki juga berkaitan dengan Anies Baswedan berarti akan terjadi perang antar oligarki, Jepang dan China, dan sepertinya Amerika Serikat ngekor diantaranya.

Baca juga: Ini Sebabnya Presiden Jokowi Tidak Dukung Puan Jadi Capres 2024, Lalu Siapa?

Tiga tokoh sentral menuju Pilpres 2024 ini, Jokowi, Jusuf Kalla dan Megawati stres akibat karena masing-masing "memaksa" mendorong unggulannya dan menurut penulis yang salah strategi.

Penulis menduga Megawati dan Jusuf Kalla sebenarnya menganggap remeh Presiden Jokowi yang seakan mudah diatur begitu rupa, inilah kondisi yang terjadi sehingga menimbulkan situasi tidak nyaman diantara mereka bertiga.

Jadi penyebab ketidakharmonisan itu, jelas adanya pengaruh oligarki. Baik pengaruh konglomerasi maupun pengaruh internal kedekatan emosional pertemanan dan keluarga.

Baca juga: Mengulik Arah Dukungan Jokowi dan Sumber Keruwetan Kandidasi Pilpres

Inilah salah satu dampak buruk oligarki. Kehadiran oligarki tidak dicermati dengan baik, sehingga muncul dampak negatif. Harusnya tarik energi positif daripada eksistensi oligarki.

Namun yang pasti untuk sementara, penulis menganggap dan menduga tiga tokoh sentral ini, belum bisa memikirkan secara fokus tentang kesejahteraan rakyat Indonesia. Masih mengedepankan kepentingan oligarki.

Bagaimana pendapat Anda?

Yogyakarta, 25 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun