Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Terjepit tapi Malah Menjepit, Rakyat Belajar Politik

12 November 2022   10:10 Diperbarui: 12 November 2022   10:22 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Politik itu mahal, bahkan untuk kalahpun kita harus mengeluarkan banyak uang."-Will Rogers

Artikel ini tidak banyak membahas apa-apa tentang kenapa Presiden Jokowi manut pada relawannya? Kenapa menghargai pendapat relawannya?.

Cuma relawannya kadang tidak tahu diri dan lepas kontrol, mungkin karena ketakutan kehilangan posisi saja pasca Presiden Jokowi berkuasa, ya itu normal dan wajar saja.

Ternyata Presiden Jokowi mampu berenang diantara penguasa partai politik (parpol) sementara Jokowi tidak miliki dan kuasai parpol, namun mampu meremote parpol secara tidak langsung.

Baca juga: Ini Sebabnya Presiden Jokowi Tidak Dukung Puan Jadi Capres 2024, Lalu Siapa?

Jadi penulis hanya ingin flashback artikel-artikel atas analisa sebelumnya tentang kondisi dan strategi Presiden Jokowi menghadapi kandidasi Pilpres dan kemana arah dan tujuannya. Nampak terjepit, tapi malah bisa menjepit parpol. 

Seperti "Mengulik Arah Dukungan Jokowi dan Sumber Keruwetan Kandidasi Pilpres". Bahasan ini juga basis analisanya sudah saya urai di "Inilah Dilematis Jokowi Vs Megawati Menuju Pilpres 2024".

Baca juga: PDIP-Gerindra Koalisi: Dua Paslon Pilpres 2024, Ini Ditakutkan SBY?

Sebenarnya Presiden Jokowi dan Megawati itu sejak 2019 memang bermaksud mendukung Prabowo Subianto Ketum Gerindra sebagai kandidat capres, dengan prediksi Puan Maharani sebagai cawapres.

Baca juga: Prabowo-Puan Pasangan Paling Berpeluang di Pilpres 2024

Namun dalam perjalanan politik yang sangat dinamis dari tahun 2019 ke 2020, dalam perjalanan pendek, itu muncul pergerakan dan sosialisasi oleh Ganjar Pranowo untuk persiapan capres.

Dari sanalah (Gerakan sosialisasi Ganjar menuju Istana) yang ahirnya memicu emosional elit PDI-P dan mendorong Puan Maharani maju sebagai capres. Sebenarnya ini akibat adanya elit PDI-P yang tidak sepaham dengan Ganjar Pranowo saja.

Tentu dengan adanya resistensi elit PDI-P tersebut dan Puan Maharani ikut terbawa arus alias terpancing oleh bisikan politik segelintir elit rekannya yang dekat dengan Megawati, tapi kontra Ganjar Pranowo. Maka proses kandidasi berubah di tubuh PDI-P. Malah mendorong Puan Maharani menuju capres. 

Baca juga: Kenapa Megawati Ragu Jagokan Puan Maharani sebagai Bacapres 2024?

Atas adanya kontra produktif pada elit PDI-P dengan tanda  bahwa Puan Maharani ingin maju sebagai capres dan sekaligus menghadang Ganjar Pranowo, disinilah Prabowo Subianto diuntungkan.

Baca juga: Ganjar Pranowo Ibarat Ayam Mati di Lumbung Padi, Ada Apa?

Kenapa Prabowo Subianto diuntungkan? Ya, karena jelas Presiden Jokowi berada disimpang jalan yang harus mengambil sikap atau pilihan yang stratejik.

Antara Puan Maharani dan Ganjar Pranowo, Jokowi tidak mungkin memilih salah satunya. Demi keadilan, Jokowi tentu memilih Prabowo Subianto. 

Maka pilihan aman bagi seorang Jokowi yang akan melepas kekuasaannya di 2024, tentu tidak memilih Puan dan Ganjar, tapi kembali pada pilihan atau konsep awal di 2019 adalah lebih aman mengendorse Prabowo Subianto.

Baca juga: Megawati Maju Kena "Galau" Mundur Kena, Efek Negatif Hak Prerogatif

Kalau Presiden Jokowi berpihak pada Prabowo Subianto, dipastikan Megawati tidak protes dan marah, malah bisa jadi Megawati balik akan koalisi dan mendukung Prabowo Subianto.

Karena kalau Presiden Jokowi memilih atau mendukung Prabowo Subianto, Megawati kembali dalam posisi terjepit. Artinya Presiden Jokowi kembali menjepit Megawati.

Sementara kalau Presiden Jokowi mendukung Puan Maharani berarti melepas Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto, begitupun bila mendukung Ganjar berarti melepas Megawati dan Prabowo Subianto. 

Baca juga: Genderang "Perang" Jokowi Vs Megawati Ditabuh Melalui Musra Relawan Projo

Dimana Presiden Jokowi sebenarnya sangat berat hati meninggalkan Prabowo Subianto yang telah bergabung dan menciptakan resistensi pada pendukung Prabowo Subianto yang tidak menjadi oposisi.

Prabowo Subianto malah dikecam oleh pendukungnya karena balik bergabung dengan Presiden Jokowi. Kondisi-kondisi ini yang sangat berat bagi Jokowi pada Prabowo, begitu Prabowo setia pada Jokowi. Dampak positifnya, pemerintahan Jokowi dalam kurun waktu lima tahun aman. Baik di eksekutif maupun di legislatif. 

Begitupun arus perjalanan perpindahan dari dukungan Ganjar Pranowo ke Prabowo Subianto, terbaca dimainkan oleh relawan Jokowi yang dimotori oleh Projo dengan mengikutkan gabungan relawan Jokowi.  

Baca juga: Jokowi Buka Musra di Bandung, Fakta Rivalitas Megawati Menuju Pilpres 2024  

Coba pelajari perjalanan Musyawarah Rakyat (Musra) yang dilaksanakan oleh gabungan relawan Jokowi, awalnya kelihatan mendukung Ganjar Pranowo, tapi pelan-pelan bergeser mendukung Prabowo Subianto.

Memang diantara pemimpin dalam menghadapi relawan, Presiden Jokowi berbeda dengan pemimpin lainnya yang telah gunakan pikiran, tenaga relawan atau tim sukses. 

Presiden Jokowi sangat dekat dan menjaga hubungan dengan relawan, bukan hanya bila butuh relawan baru mendekat. Jokowi menjaga seterusnya dengan relawan.

Bagaimana pendapat Anda?

Jakarta, 12 November 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun