Namun dalam perjalanan politik yang sangat dinamis dari tahun 2019 ke 2020, dalam perjalanan pendek, itu muncul pergerakan dan sosialisasi oleh Ganjar Pranowo untuk persiapan capres.
Dari sanalah (Gerakan sosialisasi Ganjar menuju Istana) yang ahirnya memicu emosional elit PDI-P dan mendorong Puan Maharani maju sebagai capres. Sebenarnya ini akibat adanya elit PDI-P yang tidak sepaham dengan Ganjar Pranowo saja.
Tentu dengan adanya resistensi elit PDI-P tersebut dan Puan Maharani ikut terbawa arus alias terpancing oleh bisikan politik segelintir elit rekannya yang dekat dengan Megawati, tapi kontra Ganjar Pranowo. Maka proses kandidasi berubah di tubuh PDI-P. Malah mendorong Puan Maharani menuju capres.Â
Baca juga:Â Kenapa Megawati Ragu Jagokan Puan Maharani sebagai Bacapres 2024?
Atas adanya kontra produktif pada elit PDI-P dengan tanda  bahwa Puan Maharani ingin maju sebagai capres dan sekaligus menghadang Ganjar Pranowo, disinilah Prabowo Subianto diuntungkan.
Baca juga:Â Ganjar Pranowo Ibarat Ayam Mati di Lumbung Padi, Ada Apa?
Kenapa Prabowo Subianto diuntungkan? Ya, karena jelas Presiden Jokowi berada disimpang jalan yang harus mengambil sikap atau pilihan yang stratejik.
Antara Puan Maharani dan Ganjar Pranowo, Jokowi tidak mungkin memilih salah satunya. Demi keadilan, Jokowi tentu memilih Prabowo Subianto.Â
Maka pilihan aman bagi seorang Jokowi yang akan melepas kekuasaannya di 2024, tentu tidak memilih Puan dan Ganjar, tapi kembali pada pilihan atau konsep awal di 2019 adalah lebih aman mengendorse Prabowo Subianto.
Baca juga:Â Megawati Maju Kena "Galau" Mundur Kena, Efek Negatif Hak Prerogatif
Kalau Presiden Jokowi berpihak pada Prabowo Subianto, dipastikan Megawati tidak protes dan marah, malah bisa jadi Megawati balik akan koalisi dan mendukung Prabowo Subianto.