Jadi apa yang terjadi semua itu adalah skenario Tuhan Ymk, melalui hamba-Nya yang sudah penulis sebut namanya diatas.
Kenapa Tuhan Ymk membuat skenario seperti itu, agar hamba-Nya, rakyat Indonesia dan lebih khusus polisi bisa sadar untuk kembali menata diri, bekerja dengan baik dan jangan curangi rakyat.
Kasus ini merupakan pintu perbaikan atau celah restorasi bagi polisi secara total, khususnya pada citra polisi dan para penegak hukum lainnya yang mulai kabur di mata masyarakat. Banyak hikmah bisa dipetik dalam kasus ini.
Termasuk kenapa Febri Diansyah yang mantan jubir KPK tergerak untuk membela terdakwa, itu semua skenario Tuhan.Â
Ini juga bertujuan untuk memperbaiki kinerja para pengacara, agar jangan maju tak gentar membela yang bayar. Karena Anda merupakan penegak hukum.
Mampukah Febri membawa amanah itu, atau dia juga bagian dari pengacara yang "cari duit" sebagai target utamanya dan mengabaikan kapasitasnya sebagai penegak hukum yang tidak boleh memanfaatkan celah kekurangan penuntutan untuk meringankan kliennya.
Maka penulis tidak protes Febri sebagai pembela terdakwa, biarkan saja. Febri juga punya amanah yang sama dengan kita untuk menata ulang penegakan hukum di Indonesia.Â
Minimal kita sebagai rakyat, harus kritis dan berani mengatakan apa adanya dan terlebih jangan suka memberi suap.
Cara Tuhan Ymk menata penegakan hukum adalah dengan menyorot atau melalui polisinya polisi, Kadiv Propam Mabes Polri. Titik star perbaikan polisi dari Mabes Polri, pada Ferdy Sambo.
Jadi tiba masanya Tuhan Ymk bereaksi atas kedzaliman manusia dengan manusia lainnya, memilih Ferdy Sambo dan tentu seluruh orang-orang dekat dengan Ferdy Sambo, jatuh korban nyawalah Brigadir "J". Kasus inilah menjadi pintu restorasi.
Tapi yakin bahwa Brigadir "J" tidak mati sia-sia, almarhum sudah baik tempatnya di sisi Tuhan-Nya. Begitu juga Ferdy Cs dipecat dengan tidak hormat, juga tidak sia-sia. Â Termasuk bila kelak akan menerima sanksi pidana mati.