Penonton hobies sudah minim ikut menonton di stadion, trauma rusuh. Maka tiket suporter menjadi pemasukan utama panitia pelaksana, keuntungan terbesar dari industri sepak bola dari suporter, bukan hanya tiket. Tapi semua pernak-pernik sepak bola, produk makanan dan minuman, transportasi, suporter menjadi konsumennya,obyek bisnis. Jadikan suporter sebagai subyek industri sepak bola, Sense of belonging.
Keterangan Foto:Â RUSUH - Suasana di area Stadion Kanjuruhan Kepanjen, Kabupaten Malang, seusai kericuhan penonton yang terjadi seusai laga pekan ke-11 Liga 1 2022-2023 bertajuk derbi Jawa Timur, Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu (1/9/2022) malam. Sumber:Â PosKupang.Com
Percuma ada sepak bola, bikin kesal saja bila mendengar ada laga sepakbola di Indonesia, ujungnya pasti rusuh, bosan dan ahirnya menjemukan.
Rusuh, rusuh dan rusuh lagi, yang ada hanya menonjolkan sikap dan tabiat kekerasan. Pemerintah dan PSSI sepertinya tak berdaya untuk memperbaiki suasana ini.
Baru merasa hebat bila rusuh, ini yang merusak sepak bola Indonesia. Apalagi kalau wasitnya tidak beres, terjadi suap-menyuap pemain dan lainnya.
Semua ini karena Pemerintah dan PSSI yang tidak mampu memanaje industri sepakbola di Indonesia, titik.Â
Bodoh pengelola sepak bola Indonesia, tidak bisa atasi suporter, buatkan sistem sehingga bisnis sepak bola ini berjalan kondusif. Yang ricuh itu oknum suporter dan pelaku judi.
Cerdaskan suporter dengan libatkan mereka dalam bisnis industri sepak bola itu??? Beri mereka saham, jadi mereka menjadi subyek industri sepak bola itu. Jangan jadikan obyek, inilah akibatnya terjadi rusuh karena mereka dijadikan obyek bisnis.Â
Kalau Pemerintah dan PSSI tidak mampu membuat aturan yang super ketat, lebih baik hentikan dan/atau moratorium sepak bola saja. Sambil menata sistem dan perenungan para pengelola, agar lebih kreatif berbisnis dalam sepak bola.
Suporter Hidupi Industri Bola