Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

SBY Memanah dengan Busur Berbisa di Tangannya

29 September 2022   08:41 Diperbarui: 29 September 2022   08:43 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bagi rakyat, politik bukan urusan koalisi atau oposisi tetapi bagaimana kebijakan publik dapat mengubah hidup sehari-hari."

Semua pada gerah atas serangan udara alias pernyataan keras dari Mantan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut ada indikasi settingan pada Pilpres 2024, agar pesertanya hanya dua pasangan calon (paslon) saja.

Malah SBY dan Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Laporan terkait pernyataan isi pidato SBY yang viral menyebut bakal ada kecurangan Pemilu 2024. (Baca di Sini).

SBY tidak sadar memanah (baca: menuding) dengan busur berbisa di tangan sendiri (baca: bisa menjadi bumerang alias senjata makan tuan).

Sorot atau saling menuding dalam urusan politik, itu soal biasa dan sudah menjadi menu sarapan, namun yang berbobot alias jangan tumpul.

Tapi usahakan jangan melakukan sesuatu atau menyorot yang sia-sia alias hampa. Harus jitu memanah dan mutlak kena sasaran. Agar bisa diperhitungkan oleh lawan.

Kenapa SBY? 

Sepertinya dugaan SBY, bahwa Pilpres di setting agar dua paslon saja ikuti Pilpres, itu sama saja hampa alias tidak berbobot.

Setting itu no problem, tidak ada yang salah, kalau para Partai Politik (Parpol) melakukan setting koalisi agar pasangan dirampingkan, itu sah-sah saja.

Merampingkan peserta Pilpres itu bagus, itu salah satu tujuan adanya syarat ambang batas atau presidential threshold 20 Persen, agar Pilpres berbobot dan tidak ngawur kalau terlalu banyak paslon.

Juga perang Pilpres itu memang sudah di mulai dari sekarang, bukan hanya pada saat di Hari "H" Pilpres, ya saat ini, kemarin dan sekarang serta finalisasi di 2024.

Tudingan SBY senyatanya iru hanya bukti trauma, ketakutan atau khawatir saja, karena merasa tidak adanya kans AHY dapat jatah ikut kandidasi bila hanya dua paslon. 

SBY atau Partai Demokrat juga tidak punya kekuatan besar ikut menyetting situasi politik kandidasi menuju Pilpres, ya karena dinamika politik internal di Demokrat sendiri pasti kurang bergairah. Karena terkesan partai keluarga.

SBY yang mengaku turun gunung dan menduga adanya kabar bahwa pemilu 2024 berjalan tidak jujur dan adil, serta disetting hanya untuk dua paslon membuat heboh publik, semua jadi ribut.

Juga Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyebut Presiden Jokowi hanya meresmikan proyek infrastruktur yang sebelumnya memang sudah dijalankan di era pemerintahan Presiden SBY, ini juga keliru.

Tapi semua itu hanya sebuah permainan kata-kata saja dalam politik. Karena hanya Presiden Pertama Ir. Soekarno saja tidak pernah menuding pendahulunya.

Hampa Tudingan SBY itu?

Sebenarnya baik SBY maupun pihak pemerintah alias Presiden Jokowi yang disorot, tidak perlu bereaksi terlalu keras.

Santai saja, seharusnya parpol yang mendukung Presiden Jokowi juga tidak perlu bereaksi berlebihan, karena itu juga pertanda tidak matang dalam politik.

Karena SBY hanya khawatir saja si Putra Mahkota AHY tidak kebagian kursi Calon Wakil Presiden (Cawapres).

Karena memang kalau kita perhatikan gemuruh para elit dalam kandidasi Pilpres 2024 ini, dan melihat posisi Partai Demokrat di urutan ke-7 hasil Pemilu 2019. Maka AHY tidak punya dasar masuk nominasi Cawapres apalagi Capres.

Partai Demokrat berkoalisi saja dengan PDI-P atau Gerindra, pasti AHY tidak di reken pula oleh Megawati dan Prabowo sebagai Cawapres.

Muhaimin Iskandar atau Cak Imin (Ketum PKB) saja tidak di reken oleh Prabowo untuk dijadikan Cawapresnya. Padahal PKB berada diatas Demokrat yaitu urutan ke-4.

Nah sekarang Demokrat bermaksud koalisi dengan NasDem serta PKS, inipun penulis pastikan bahwa Surya Paloh sebagi pemimpin koalisi juga pasti tidak masukkan AHY sebagai nominasi Cawapres. 

Sampai hari ini, penulis masih punya prediksi, bahwa Surya Paloh berusaha memasang kadernya untuk posisi Cawapres yang bisa di terima oleh rakyat dan koalisinya. Karena masih banyak kader NasDem yang bisa isi Cawapres dibanding AHY yang masih mentah untuk Cawapres.

Hal tudingan SBY adanya settingan untuk dua paslon, ini sebenarnya SBY berlebihan saja. Ya memang pilpres ini di setting sebelum hari "H".

Kalau perlu sekarang "saling" jegal yang bisa mengalahkan kandidat yang lain, jadi para kandidat halal hukumnya berstrategi.

Asal strateginya sehat dan profesional, jangan saja menghalalkan segala cara. Karena politik bukan tanpa etika, justru politik yang sehat adalah berbasis etika dan profesionalitas.

Siapa yang jago setting atau berstrategi itu yang menang, tidak bisa dihalangi. Itu realita politik yang harus diterima.

Secara akal sehat dan atas nama efisiensi, baguslah kalau nantinya Pilpres 2024 diikuti hanya dua paslon, artinya satu putaran saja. Biaya Pilpres bisa lebih murah, efektif dan efisien.

Ketakutan SBY hanya dua paslon karena pasaing AHY cukup banyak dan pasti tidak masuk nominasi AHY, SBY tahu itu. Cuma karena SBY belum pakarnya politik, maka dia tidak sadar menuding ada settingan.

Semua pernyataan hampa itu adalah cara-cara tidak dewasa dalam berpolitik, begitu juga sebenarnya tidak perlu ditanggapi berlebihan. Anggaplah semuanya sebagai perhiasan konstelasi politik kandidasi menuju Pilpres 2024.

Bagaimana pendapat Anda?

Ref: satu] dua]

Jakarta, 29 September 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun