"Presiden Jokowi perlu mengeluarkan Surat Perintah dalam menuntaskan Kasus Sambo dan menguatkan Jaksa Agung dan khususnya Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melakukan bersih-bersih di tubuh Polri."
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo buka suara terkait motif Ferdy Sambo membunuh Brigadir Yoshua. Hal itu Listyo sampaikan dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi III DPR di Senayan, Jakarta, Rabu (24/8/2022).
Dalam RDP DPR saat itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dicecar banyak pertanyaan dari beberapa anggota Komisi III DPR terkait motif Sambo membunuh Brigadir Yoshua.
Salah satu tekanan datang dari anggota Komisi III DPR Fraksi Gerindra, Habiburokhman. Ia meminta Kapolri mengungkap motif mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo membunuh Brigadir Yoshua.
Banyak kalangan menduga bahwa Ferdy Sambo sebagai leader dari kekaisaran kriminal yang merupakan grup bekingan dari pelbagai usaha gelap di Indonesia.
Juga dalam penanganan kasus-kasus besar atau megakasus yang ditangani banyak polisi, seperti diduga keterlibatan oknum polisi dalam distribusi BBM, beras, pekerja migran, minyak goreng, perjudian daring serta penyelundupan dan/atau peredaran narkoba.
Sesungguhnya dengan alibi-alibi yang ditunjukkan adanya kekuatan super body di dalam tubuh Polri, sehingga judi dan narkoba di Indonesia tidak akan habis-habisnya dibicarakan.Â
Disitu saja berputar-putar, diduga dari polisi ke polisi, benarkah? Kita tunggu Presiden Jokowi melalui Kapolri Jenderal Listyo, mendaratkan megakasus ini.Â
Ini harus diselesaikan, inilah yang menjerat bangsa Indonesia. Sehingga terus bodoh dan dibodohi lagi. Berefek maraknya korupsi. Karena memaksa kehidupan hedon pada diri dan keluarga para elit negeri ini, pusat sampai desa.
Kapolri Jenderal Sigit juga harus menyelidiki kaitan Sambo, Mantan Kadivpropam Polri dengan oknum-oknum Polisi di Polda dan Polres seluruh Indonesia.Â
Baik dalam penanganan kasus internal Polri dan beking kasus-kasus, khususnya Judi dan Narkoba. Hal ini benar-benar dugaan kongkalikong, megakasus versus super body di tubuh Polri yang sudah super body.
Megakasus atau kasus-kasus besar itu hampir semua pernah ditangani Satgassus Merah Putih Polri dibawah kepemimpinan Sambo dan dimana Brigadir Yoshua pernah bertugas di tempat tersebut bersama Sambo.
Diduga setiap tahunnya, diperkirakan Sambo Cs atau para kroninya menerima uang setoran bermilyar-milyar atau triliunan rupiah, nah kemana saja duit itu.Â
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) harus turun tangan melacak sirkulasi dana-dana tersebut mulai dari Mabes Polri, Polda, Polres, Polsek serta institusi lainnya di luar Polri yang terkait dengan megakasus tersebut.
Kalau memang benar ada sumber dana dari bekingan kejahatan itu, tidak mungkin Sambo sendiri menikmatinya dan pasti ada kerjasama antar oknum Polri dan/atau institusi lain.
Disinilah nampak dalam Kasus Sambo itu puluhan polisi ikut terlibat membantu Sambo melakukan skenario tewasnya Brigadir Yoshua.Â
Nampak terbaca seakan oknum-oknum polisi itu tersandera, jadi ada semacam keterpaksaan di luar nalar mereka sendiri, harus ikuti perintah Sambo.
Sementara alasan Sambo membunuh Brigadir Yoshua, karena melakukan tindakan yang melukai harkat martabat keluarga Sambo.Â
Dari sanalah muncul skenario atau drama satu babak Sambo dengan melibatkan puluhan polisi dari berbagai jenjang kepangkatan.
Alasan pelecehan seksual ini tidak masuk akal, karena kenapa Sambo dengan susah payah harus menciptakan sebuah skenario dadakan.
Alibi dadakannya skenario itu, nampak Sambo dan oknum polisi lainnya nampak lugu atau terlalu bodoh menciptakan dan melakonkan drama satu babak yang murahan itu.
Kalau memang persoalan harga diri, gentle saja akui langsung pada Kapolri Sigit saat Sambo datangi Kapolri untuk melaporkan adanya insiden polisi tembak polisi.Â
Padahal Kapolri sudah ada kecurigaan waktu Sambo datang melapor. Ya ialah Kapolri seorang jenderal polisi mantan Kabareskrim Polri, pasti punya intuisi.
Disinilah terbaca ada kasus-kasus besar yang ingin diselamatkan oleh berbagai pihak, khususnya Sambo Cs sebagai lakon pentasnya.Â
Selanjutnya dalam logika sehat, pelecehan itu hanya sebuah sinetron yang tidak masuk akal, termasuk bagi Polri sendiri. Maka di SP3 laporan pelecehan itu oleh Polri dan Jaksa tentunya.
Penulis saja bukan polisi, dengan analisa sederhana. Sudah dari awal membaca gelagat tidak beres pada Kasus Sambo ini (silakan baca artikel-artikel penulis sejak awal kasus ini) di lapak Kompasiana.
Selain itu pula, kalau soal harga diri saja sehingga polisi-polisi ikut paksa diri terlibat itu. Kenapa mau begitu bodoh ikuti Sambo. Kalau sekiranya juga tidak ada masalah yang melibatkannya yang diketahui Sambo, buah simalakama.
Mereka ikuti Sambo karena dapat diduga adanya saling sandera pada masalah yang menjadi motif pembunuhan Yoshua itu, yaitu ingin melindungi dugaan megakasus yang polisi tangani atau yang dibeking oknum polisi.
Jadi sesungguhnya motif utama pembunuhan Brigadir Yoshua adalah adanya rahasia megakasus yang diketahui Brigadir Yoshua dan ditakutkan bocor ke Kapolri.
Perhatikan awal-awal kasus ini, itu ada prasa kalimat ancaman ke Brigadir Yoshua, bahwa jangan sampai ke atas, (sudah pernah penulis angkat dalam satu artikel) dan masyarakat secara umum, sehingga Brigadir Yoshua jadi tumbal, dibunuh. (Baca: Mengapa Ada Ancaman "Apabila Naik ke Atas" ke Brigadir "J")
Kenapa pula Ferdy Sambo menjadi super body di Polri? karena menurut dugaan di belakang Sambo ada banyak kekuasaan, diduga keras ada oknum-oknum dari kementerian, anggota DPR hingga mafia kelas kakap.
Dari mana harta kekayaan Sambo, sampai rumahnya di Jalan Saguling punya lift segala. Lalu polisi mana lagi kaya seperti Sambo, lha darimana duitnya Sambo itu? Rakyat tidak bodoh menilai semua ini.
Bukankah duit itu menjadi tanda tanya sumbernya, artinya dari hasil yang meragukan. Termasuk oknum polisi lainnya yang terlibat dan yang masih sementara diselidiki, coba adakan pembuktian terbalik. Berapa seh gaji dan tunjangan mereka?
Hal-hal tersebut diatas, diharapkan Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) yang dibentuk langsung oleh Jaksa Agung, berjumlah 30 Jaksa itu agar bekerja dengan profesional dan jangan coba-coba ikut bermain di dalam Kasus Sambo.
Agar JPU memperhatikan dugaan alibi atas motif yang sesungguhnya. Karena jelas unsur motif pelecehan atas terbunuhnya Brigadir Yoshua itu hanya rekayasa semata, imposible.
Bagaimana pendapat Anda?
Jakarta, 20 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H