Desa Parikesit, salah satu desa diantara dua belas desa yang masuk kawasan wisata Dataran Tinggi Dieng, dimana penulis dampingi dalam pengelolaan sampahnya, sekaligus menemukan kelompok usaha home industri tembakau rakyat turun-temurun.
Edisi Sampah Dieng Trip #02
Dataran Tinggi Dieng, merupakan destinasi wisata terletak di Propinsi Jawa Tengah, dan berada di tiga wilayah Kabupaten Wonosobo, Banjarnegara dan Batang. Daerah ini sangat dingin dan dingin sekali, menurut penulis seh.
Terletak di ketinggian 2.093 m dari atas permukaan laut, sebuah kawasan yang subur karena terletak di kawasan gunung vulkanik yang masih aktif.
Tanaman hortikultura, jenis sayur berbatang, berdaun dan berbuah yang mendominasi wilayah ini, utamanya kentang yang menjadi andalannya.
Sayur umbi-umbian Kentan, kol dan jenis sayuran lainnya di pasarkan sampai ke Jakarta dan Surabaya serta wilayah kabupaten/kota se Provinsi Jawa Tengah.
Desa Parikesit, Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo terdapat perkebunan tembakau selain kebun hortikultura. Juga ada pengrajin tembakau, semacam usaha home industri.
Tembakau mereka tanam sendiri dan kelola menjadi rokok lintingan, Â disebut Mbako garangan. Mbako atau tembakau Garangan merupakan tembakau yang dihasilkan serta diolah dengan cara tradisional yakni digarang atau dipanggang.
Pak Tugiono, Kepala Desa Parikesit, menyampaikan kepada penulis bahwa pengrajin home industri Mbako Garangan di desanya itu dikerjakan oleh warganya secara turun temurun.
Setelah dipanen tembakau tersebut kemudian diolah dengan cara, di rajang lalu dijemur atau dipanggang.
Mbako Garangan sendiri merupakan olahan tembakau khas Desa Parikesit di Dataran Tinggi Dieng yang cukup lazim ditemui saat berkunjung ke Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng.
Di Kecamatan Kejajar dan Kecamatan Kalikajar merupakan dua kecamatan yang warganya masih memproduksi mbako garangan.
Tembakau Dieng adalah jenis tembakau yang sangat spesifik karena tidak ada bentuk tembakau seperti tersebut selain dari Dieng.
Tembakau "Mbako Garangan" Dieng di keringkan tidak melalui proses penjemuran. Karena wilayah Dieng dalam sehari hanya menerima panas 4 jam maka proses pengeringan dengan cara di panggang.
Informasi Mbako Garangan kepada penulis, infokan bahwa harga berkisar Rp750 ribu-Rp 1 juta per rigen (lima lempeng) tergantung kualitas.
Kepala Desa Parikesit dan pengrajin Mbako Garangan, menitip pesan kepada penulis, agar mereka bisa mendapat bantuan dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat.
Juga mereka berharap ada program bantuan peralatan untuk petani Mbako Garangan dalam mencukupi kebutuhan operasional dan termasuk modal petani serta dalam produksi.
Bagaimana pendapat Anda?
Jakarta, 11 September 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H