Pak Tugiono, Kepala Desa Parikesit, menyampaikan kepada penulis bahwa pengrajin home industri Mbako Garangan di desanya itu dikerjakan oleh warganya secara turun temurun.
Setelah dipanen tembakau tersebut kemudian diolah dengan cara, di rajang lalu dijemur atau dipanggang.
Mbako Garangan sendiri merupakan olahan tembakau khas Desa Parikesit di Dataran Tinggi Dieng yang cukup lazim ditemui saat berkunjung ke Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng.
Di Kecamatan Kejajar dan Kecamatan Kalikajar merupakan dua kecamatan yang warganya masih memproduksi mbako garangan.
Tembakau Dieng adalah jenis tembakau yang sangat spesifik karena tidak ada bentuk tembakau seperti tersebut selain dari Dieng.
Tembakau "Mbako Garangan" Dieng di keringkan tidak melalui proses penjemuran. Karena wilayah Dieng dalam sehari hanya menerima panas 4 jam maka proses pengeringan dengan cara di panggang.
Informasi Mbako Garangan kepada penulis, infokan bahwa harga berkisar Rp750 ribu-Rp 1 juta per rigen (lima lempeng) tergantung kualitas.
Kepala Desa Parikesit dan pengrajin Mbako Garangan, menitip pesan kepada penulis, agar mereka bisa mendapat bantuan dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat.
Juga mereka berharap ada program bantuan peralatan untuk petani Mbako Garangan dalam mencukupi kebutuhan operasional dan termasuk modal petani serta dalam produksi.