"Politisi juga tidak memiliki waktu luang, karena mereka selalu bertujuan pada sesuatu di luar kehidupan politik itu sendiri, kekuatan dan kemuliaan, atau kebahagiaan." - Aristoteles
Elektabilitas atau derajat keterpilihan seseorang berdasarkan preferensi (dukungan) publik, tereliminasi pada Pilpres 2024. Rakyat terpasung oleh kekuatan elitabilitas yang dibungkus oleh rasa berbaur oligarki.
Hasil survey elektabilitas dari lembaga-lembaga survey, hanya jadi bacaan hampa bagi elit politik menuju Pemilu dan Pilpres 2024. Tidak berlaku lagi bagi partai politik (parpol) untuk mendasari kandidasi Pilpres 2024.
Kenapa???
Karena kekuatan elitabilitas atau tingkat pengaruh yang dimiliki seseorang di lingkungan elite atau besarnya dukungan seseorang di kalangan elite, lebih dominan.Â
Kecerdasan elit-elit politik di Indonesia, menurut penulis sangat menurun tajam. Integritas nomor buncit, yang penting fulus oh fulus.
Baca juga:Â Oligarki Vs People: Jokowi dan Megawati di Simpang Jalan
Sangat jelas kalkulasi politiknya begini;
Ketua Umum PDI-P Megawati, terbaca arahnya dari awal tahun 2020, sangat jelas inginkan putrinya maju sebagai Capres 2024. Mungkin ingin mengejar rekor dunia, bahwa "kakek, anak dan cucu menjadi presiden".
Sejak Puan Maharani duduk sebagai Ketua DPR RI, target Megawati bergeser untuk putrinya. Bukan lagi sebagai  Cawapres 2024, tapi langsung Capres. Mungkin Megawati merasa karir politik Puan sebagai Putri Mahkota sudah memadai untuk dijadikan Capres?!.