Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sampah dan Potensi Kebohongan Klasik

26 Agustus 2022   13:57 Diperbarui: 26 Agustus 2022   15:18 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengelolaan dan Pemilahan sampah rumah tangga di Pasuruan sesuai regulasi UUPS 18-2008. Sumber: DokPri

"Biasakanlah untuk jujur, karena kejujuran itu menuntut kita pada kebaikan dan kebaikan itu menuntut kita pada keselamatan."

Sampah dalam stigma manusia, kotor tanpa manfaat lagi, ahirnya membawa manusia sebagai produsen sampah abai pada sampah itu sendiri. Karena terlebih dahulu memberi penilaian negatif.

Jadi sampah hanya stigma, sebagaimana pernah ditulis dalam artikel di Sampah Sebagai Stigma oleh kompasianer Fransiskus Nong Budi, jadi benarlah itu.

Okey, kita berdasar pada stigma demikian saja yaaaa. Maka kita manusia sebagai produsen sampah, bisa dan harus ambil manfaat dari sampah, harus memahami arti keberadaan sampah yang dapat berguna bagi hidup kehidupan.

Semua jenis sampah berguna bagi manusia. Termasuk manusia yang menjadi sampah, minimal kita bisa belajar daripadanya agar jangan berbuat negatif, jangan curang, jangan menjadi manusia pembohong seperti mereka.

Urus Sampah, Butuh Pikiran Positif

Kenapa sampah butuhkan sikap dan pikiran positif dari manusia? Karena dirinya (sampah, penulis) pada posisi negatif (kotor) itu dasar pijakannya.

Artinya dalam urusan sampah kita harus berpikir dan bertindak paradox (terbalik, penulis), yaitu positif. Agar ketemu tujuannya (positif dan negatif), positif dan negatif, sukses.

Itulah kunci sukses pengelolaan sampah, jangan berbohong dan bertindak negatif. Karena akan ketemu negatif, sesuai stigma kita sendiri, bahwa sampah adalah benda kotor atau negatif.

Pengelolaan dan Pemilahan sampah rumah tangga di Pasuruan sesuai regulasi UUPS 18-2008. Sumber: DokPri
Pengelolaan dan Pemilahan sampah rumah tangga di Pasuruan sesuai regulasi UUPS 18-2008. Sumber: DokPri

Sampah Benda Paradox

Di sampah memberi pelajaran besar, arti dan makna perbedaan, mengajari manusia untuk bisa (harus) menerima perbedaan, agar jangan alergi dalam perbedaan itu untuk menemukan energi positif, energi pembangunan.

Menemukan orang jujur dalam urusan sampah sangatlah susah, bertahun penulis bergelut dalam urusan sampah. Hampir pasti ujung sikap manusia itu, berada pada turning point atau titik balik, berbohong.

Turning point atau titik balik menjadi sebuah periode yang dialami oleh seseorang ketika terjadi transformasi besar dalam menentukan pandangan tentang diri.

Transformasi ini terjadi secara bertahap dan prosesnya berbeda-beda. Sering ditemui dalam proses ini adanya perbedaan atau gap kondisi realistis dan kondisi ideal.

Sukses Story

Penulis masuk periode pengenalan sampah, itu selama dua tahun sekitar 2003-2005. Awali belajar memahami sampah, apa itu sampah. Regulasi sampah saat itu belum ada, jadi buta tanpa pedoman yang hanya punya motivasi ingin kelola sampah dengan benar.

Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (UUPS), diterbitkan saat itu oleh pemerintahan SBY-JK, nah baru ada sedikit memberi gambaran arah pengelolaan sampah di Indonesia.

Penulis bisnis sambil belajar regulasi sampah, menemukan keunikan di dalamnya, sampah ternyata butuh gotong royong secara full, tanpa basa-basi dan butuh kejujuran pikiran dan sikap.

Tahun 2005-2015, penulis full bisnis di pengelolaan dan pengolahan sampah, khususnya sampah organik. Banyak keunikan penulis temukan didalamnya.

2015-2022 berhenti berbisnis di sampah, demi mengawal UUPS dan Primer Koperasi Pengelola Sampah (PKPS) di seluruh Indonesia.

Kebetulan penulis diberi amanah oleh Tuhan Ymk, sehingga menemukan solusi sampah di Indonesia melalui PKPS itu. PKPS itu bukan untuk penulis, tapi untuk seluruh rakyat Indonesia.

PKPS sudah berdiri dan sementara berdiri di daerah-daerah. Akan berdiri satu PKPS per kabupaten dan kota di Indonesia dan nantinya PKPS akan berdiri di setiap negara yang ada Kedubes di luar negeri.

Alasan penulis berhenti berbisnis di sektor sampah, demi mengawal UUPS dan PKPS secara independen, tanpa ada kepentingan lagi dibalik perbaikan tata kelola sampah di Indonesia.

Kalau penulis mengawal UUPS dan PKPS tanpa berhenti berbisnis di sampah, maka potensi berbohong sangat kuat, karena bertaut dengan kepentingan bisnis. Itulah penulis sebut diatas, bahwa harus tegas memilih bisnis dan sosial.

Artinya penulis memotong kepentingan pribadi demi menghindari kebohongan, belajar untuk jujur.

Demi menghindari kebohongan yang sistemis, maka penulis dengan berat hati meninggalkan habitat bisnis sebagai entrepreneur, demi membangun UMKM dan menciptakan pengusaha baru yang handal di seluruh Indonesia, berbasis sampah.

Tahun 2015, penulis mendirikan lembaga nirlaba di Jakarta, Green Indonesia Foundation (GiF). Lalu tahun 2020, mendirikan Yayasan Kelola Sampah Indonesia (Yaksindo) di Surabaya. Semua lembaga nir laba itu untuk mengawal tata kelola sampah di Indonesia.

Dalam perjalanan di urusan sampah ini, saat masih berbisnis belum begitu mengamati karakter para pengelola atau pemerhati sampah di Indonesia. Baik pebisnis sampah, maupun pemerhati sampah.

Kondisi sampah bila tidak di pilah. Potensi ekonomi terbuang, Sumber: DokPri
Kondisi sampah bila tidak di pilah. Potensi ekonomi terbuang, Sumber: DokPri

Sosial dan Bisnis Berbaur

Setelah mengamati lebih jauh, ternyata yang menjadi motivasi orang berbohong di persampahan, karena terjadinya pertautan urusan sosial dan bisnis yang tidak diberi garis yang tegas.

Dalam urusan di persampahan perlu ada pemilihan urusan yang tegas dalam kelembagaannya antara bisnis dan sosial.

Kalau terjadi bauran urusan antara bisnis dan sosial di persampahan, maka potensi berbohong sangat kuat. Karena pertautan urusan antara realistis dan idealis.

Hanya iman yang kuat, kelas dewa yang bisa menafikan kebohongan sistemis dalam urusan sampah. Caranya, pahami karakteristik sampah (sosial dan rekayasa) dan karakteristik bisnis sampah (ekonomi).

Dalam amatan sampah ini, ternyata Tuhan Ymk, akan menguji manusia hamba-Nya secara mendalam sampai ahir zaman, melalui sampah. Pada urusan sampah tempatnya manusia kembali bersih, bila ingin bersih.

Karena hanya sampahlah sebagai sumber daya yang tidak akan habis seiring dengan berahirnya zaman itu sendiri. Manusia habis, sampahpun hilang.

Makanya, kalau mau menguji kekuatan iman atau kejujuran alias tidak berbohong. Maka uruslah sampah, sosial dan bisnis. Uji ilmu, iman dan taqwa Anda di urusan sampah.

Kalau tidak bisa menahan laju godaan setan antara sosial dan bisnis, maka pilih diantara sosial dan bisnisnya saja. Jangan pilih aktifitas secara berjamaah, karena potensi berbohong sangat kuat dan menggoda.

Potensi berbohong di urusan sampah sangat mudah, karena pemerintah dan pemda, juga tidak jujur dalam urusan sampah. Tidak jujur jalankan UUPS dan regulasi penunjang lainnya.

Maka kondisi ini yang memotivasi para pengusaha atau pengelola sampah ikut berbohong secara sistemis.

Jakarta, 26 Agustus 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun