Mohon tunggu...
H.Asrul Hoesein
H.Asrul Hoesein Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang Sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Jakarta http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Pemerhati dan Pengamat Regulasi Persampahan | Terus Menyumbang Pemikiran yang sedikit u/ Tata Kelola Sampah di Indonesia | Green Indonesia Foundation | Founder PKPS di Indonesia | Founder Firma AH dan Partner | Jakarta | Pendiri Yayasan Kelola Sampah Indonesia - YAKSINDO | Surabaya. http://asrulhoesein.blogspot.co.id Mobile: +628119772131 WA: +6281287783331

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kompasianer; Sesama Bus Kota Dilarang Saling Mendahului

25 Agustus 2022   21:40 Diperbarui: 25 Agustus 2022   21:56 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi Kompas

"Berita menjadi salah satu laporan mengenai suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi interpretasi sendiri sungguh menarik, masih baru serta harus disampaikan secepatnya kepada khalayak."

Sebenarnya ingin saya abaikan artikel ini, tapi sepertinya memanggil untuk menulis sedikit tanggapan. Karena sudah beberapa sahabat kompasianer sedikit menyoroti, tentang berulangnya artikel/berita.

Didunia ini tidak ada yang baru, semua berulang. Hanya yang berbeda dari kebaruan itu adalah adanya inovasi.

Sebenarnya apapun yang ingin ditulis oleh sahabat kompasianer, semuanya itu sah-sah saja, sepanjang tidak melanggar kaidah dan aturan umum penulisan yang berlaku dan khususnya aturan atau SOP Kompasiana sendiri.

Artikel bisa saja berbentuk berita langsung (straight news), berita mendalam (depth news), berita investigasi (investigation news), berita interpretatif (interpretative news), atau berita opini (opinion news).

Menyimak sorotan beberapa sahabat kompasianer, menyorot tulisan yang berulang, misalnya dalam substansi kriminal (seperti Ferdy Sambo), korupsi atau politik, biasa sajalah. 

Media daring dan mainstream saja semua berulang, dalam kategori berita biasa. Tapi pembacanya juga berbeda, yaaaa bukan?

Semua substansi itu, masuk kategori umum. Bisa saja semua menulis tentang berita yang sama, karena sifatnya secara umum adalah pemberitaan biasa. Namun sesungguhnya kategori tersebut sangat penting di kawal. Banyak berita lain, tapi kadar yang berbeda.

Saya malah bersyukur bila para kompasianer menyempatkan diri menulis tentang masalah hukum/kriminal seperti Kasus Sambo, Politik Pemilu/Pilpres atau Korupsi. Ini semua "berita biasa yang berulang" tapi perlu dikawal, nah itulah pengulangan, agar semua masing-masing target pembaca dari sahabat kompasianer memahaminya.

Bisa jadi substansi artikelnya sama, kriminal, politik atau korupsi. Tapi mungkin penyajian atau ada irisan pesan, gaya yang berbeda.

Saya duga sahabat kompasianer tidak membaca tulisan artikel yang disajikan sahabat kompasianer itu. Lalu mengoreksi bahwa semua sudah tersaji di media daring dan berulang. Artinya untuk apa ditulis lagi, begitu mungkin pendapatnya yaaa ?????

Pendapat atau koreksi katanya berulang itu, sebenarnya menurut saya sedikit keliru, misalnya coba baca tuntas apa yang saya tulis tentang: Ferdy Sambo, Politik Pemilu atau Pilpres, Korupsi dan lainnya.

Ada tuh yang berbeda, coba baca deh artikel saya tentang Ferdy Sambo, Politik, Pilpres, lalu tulis di kolom komentar dibawah bila para kompasianer mendapat titik perbedaan, khusus masalah Ferdy misalnya, saya jamin berbeda.

Misalnya artikel saya tentang Ferdy, pasti ada berbeda, bukan hanya berbeda sesama kompasianer, saya pastikan berbeda pula dengan pemberitaan media daring, seperti Kompas, Detik, Metro dll. Coba baca tulisan saya secara tuntas. 

Apa yang berbeda, diantara semua berita atau artikel tentang Ferdy Sambo. Lalu saya mohon bila menemukan perbedaan itu, berarti sahabat kompasianer jeli membaca. Saya tunggu komentarnya.

Perlu juga saya sampaikan sahabat hebat kompasianer, kita masing-masing berbeda pembaca. Begitu juga media daring lain, berita substansinya sama saja ya kan? Tidak apa apa, santai saja, abaikan saja bila tidak berkenan membacanya.

Karena sasaran  pembaca kita berbeda pula. Tulisan Si A dibaca oleh X, si B dibaca oleh Y dan si C dibaca oleh Z, dan seterusnya. Seandainya Kompasiana tertutup hanya dibaca untuk kompasianer saja yang membacanya (kecuali komentar), mungkin tidak perlu tulis kategori berita biasa, kita tulis opini saja. 

Malah saya usulkan kepada Admin Kompasiana, agar pembaca umum bisa menulis komentar. Biar kita terbuka menerima apresiasi/koreksi dari eksternal atau umum.

Terhadap berita opini, coba baca lagi artikel-artikel saya, saya banyak bahas tentang sampah, dimana para kompasianer jarang membahasnya seperti apa yang saya bahas itu. Tapi saya tidak pernah koreksi, karena kita semua berbeda aktifitas.

Apa yang berbeda dari saya atau sahabat kompasianer sendiri disini kalau saya bahas tentang sampah, pasti kita berbeda. Karena aktifitas berbeda. 

Kalau bahas berita biasa, seperti Ferdy Sambo, secara umum substansi sama. Namun pasti ada perbedaan dengan gaya kompasiana dengan media daring luar sana, atau gaya tulis sesama kompasianer berbeda pula. Itulah salaj satu bukti kekayaan kompasiana, rumah kita bersama, terima kasih Kompasiana (Group Kompas).

Saya cinta padamu Kompasiana, walau saya ada punya Website, ada Blogspot dan lainnya, tapi saya suka menulis disini, karena apa? Adanya sahabat-sahabat Kompasianer yang hebat-hebat bisa berinteraksi.

Nah itulah gunanya di kompasiana ini disiapkan kolom komentar (internal kompasianer), sorot saja di kolom kementar kalau benar-benar copas 100% atau ada koreksi, karena pasti beda.

Saya sedikit paham bahwa kita semua, mungkin jarang mrmbaca tulisan atau artikel sesama kompasianer. Tapi syukurlah kalau sempat mampir berkomentar atau beri tanggapan atau apresiasi emoticon sebagai tanda hadir di lapak. Sudah senanglah rasanya, hehehe.

Khusus masalah yang disorot, misalnya berita berulang tentang Ferdy Sambo, politik dan korupsi. Semua ini perlu dikawal, wahai sahabat hebatku para kompasianer. Ini soal stabilitas negara, ekonomi, hukum, dan lainnya. Biarkan banyak teman kompasianer yang menulisnya, apalagi admin Kompasiana sendiri yang jadikan artikel pilihan.

Kalau tidak diviralkan oleh media, termasuk kita sebagai kompasianer, menanglah para penjahat itu. Ini soal kepedulian saja. Hal Ferdy Sambo, kalau bukan media yang ribut, mungkin tidak segempar sekarang ini.

Jadi sudahlah, sesama bus kota dilarang saling mendahului.

Salam sehat dan kalau sempat baca artikel ini, titip komentar dibawah, semangat dan sukses selalu sahabatku para kompasianer dan sidang pembaca eksternal artikel saya selama ini. Aamin Yra.

Jakarta, 25 Agustus 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun